Puisi: Di Meja Makan (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Di Meja Makan" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan sebuah situasi di sekitar meja makan yang terdiri dari empat kursi dan beberapa ....
Di Meja Makan


Ada empat kursi di sekeliling meja ini;
kita bertiga, berusaha berbicara.

Siapa yang bertamu kemarin malam
bicara tentang perarakan itu?

Tidak ada yang menggunakan pisau
kali ini. Juga garpu. Ada yang menjentik gelas

agar sunyi retak. Siapa yang berjanji datang
untuk mengucapkan amin? Masih tersisa

satu kursi di tepi meja ini, bukan?


Sumber: Melipat Jarak (2015)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Meja Makan" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya yang singkat namun penuh dengan konotasi dan gambaran emosi. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan sebuah situasi di sekitar meja makan yang terdiri dari empat kursi dan beberapa elemen yang mengundang refleksi tentang hubungan, interaksi, dan komunikasi antara individu.

Situasi di Meja Makan: Puisi ini menggambarkan gambaran meja makan yang terdiri dari empat kursi, menunjukkan bahwa ada tiga orang di meja tersebut yang sedang mencoba untuk berbicara satu sama lain. Situasi meja makan sering kali dianggap sebagai tempat untuk berinteraksi dan berbagi, tetapi dalam puisi ini, meja tersebut mungkin menjadi tempat refleksi lebih dalam tentang komunikasi dan interaksi manusia.

Pertanyaan Tanpa Jawaban: Penyair mengajukan pertanyaan tentang siapa yang bertamu kemarin malam dan membicarakan "perarakan itu." Pertanyaan ini memberikan nuansa misteri dan mengundang pembaca untuk berpikir lebih jauh tentang peristiwa yang terjadi sebelumnya. Namun, puisi ini tidak memberikan jawaban yang pasti, meninggalkan interpretasi terbuka tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Penggunaan Elemen Meja Makan: Puisi ini juga mencatat bahwa tidak ada yang menggunakan pisau atau garpu kali ini, dan seseorang menjentik gelas agar ada suara sunyi yang retak. Ini bisa diartikan sebagai simbol untuk interaksi yang agak canggung atau tegang. Penggunaan elemen-elemen meja makan dalam puisi ini memberikan suasana yang konkrit dan familiar, namun diisi dengan rasa ketidakpastian dan kegelisahan.

Janji yang Tidak Terucapkan: Puisi ini juga menyebutkan tentang janji yang tidak terucapkan. Ada yang berjanji datang untuk mengucapkan "amin," yang mungkin merujuk pada persetujuan atau dukungan terhadap suatu hal. Namun, janji ini belum terpenuhi atau terucapkan, menambahkan elemen ketidakpastian dan ketidakjelasan dalam hubungan antara individu-individu yang duduk di meja makan.

Satu Kursi yang Tersisa: Puisi ini berakhir dengan menyebutkan bahwa masih ada satu kursi tersisa di tepi meja. Ini mungkin dapat diartikan sebagai representasi harapan atau kemungkinan adanya individu lain yang belum hadir dalam situasi tersebut. Namun, tafsiran mengenai kursi yang tersisa ini tetap terbuka dan memungkinkan beberapa interpretasi.

Puisi "Di Meja Makan" menghadirkan gambaran kecil dalam bentuk yang sederhana, tetapi mengandung banyak konotasi emosional dan refleksi tentang komunikasi, hubungan, dan interaksi antara manusia. Penggunaan gambaran meja makan sebagai latar belakang menambahkan kedalaman dalam menggambarkan suasana dan dinamika interpersonal yang rumit. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya komunikasi yang jujur dan hubungan antarindividu yang terbangun di sekitar meja makan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Di Meja Makan
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.