Puisi: Telur (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Telur" karya Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, harapan, dan potensi yang tak terbatas. Telur menjadi ...
Telur (1)

Ada sebutir telur tepat di tengah tempat tidurmu yang putih rapih. Kau, tentu saja, terkejut ketika pulang malam-malam dan melihatnya di situ. Barangkali itulah telur yang kadang hilang kadang nampak di tangan tukang sulap yang kautonton sore tadi.

Barangkali telur itu sengaja ditaruh di situ oleh anak gadismu atau istrimu atau ibumu agar bisa tenteram tidurmu di dalamnya.

Telur (2)

    dalam setiap telur semoga ada burung dalam setiap burung semoga ada engkau dalam setiap engkau semoga ada yang senantiasa terbang menembus silau matahari memecah udara dingin memuncak ke lengkung langit menukik melintas sungai
    merindukan telur.

1975

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:

Puisi "Telur" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan gambaran yang sederhana namun sarat akan makna yang mendalam.

Telur (Bagian 1)

Puisi dimulai dengan gambaran sederhana tentang sebuah telur yang terletak tepat di tengah tempat tidur yang putih rapih. Telur tersebut menjadi simbol kehadiran yang tak terduga dan mengejutkan. Penggunaan telur di sini menciptakan suasana misterius dan tak terduga, yang dapat memicu berbagai interpretasi.

Telur juga dapat diasosiasikan dengan kehidupan, kelahiran, atau potensi. Keberadaannya di tempat tidur yang rapih menimbulkan pertanyaan tentang makna dan tujuan di balik kehadirannya. Apakah itu sebagai kejutan atau pesan tersirat dari seseorang yang ingin memberikan kenyamanan?

Telur (Bagian 2)

Bagian kedua puisi menawarkan interpretasi yang lebih dalam tentang makna telur. Di sini, telur diharapkan menjadi sarana bagi kehidupan baru, seperti burung yang menetas dari dalamnya. Telur menjadi lambang harapan, potensi, dan kelahiran baru.

Penggambaran tentang burung yang senantiasa terbang, menembus silau matahari, dan memuncak ke langit menyiratkan kebebasan, keindahan, dan aspirasi manusia untuk mencapai hal-hal yang lebih tinggi dalam kehidupan.

Ketika puisi menyatakan bahwa "merindukan telur," hal itu menegaskan bahwa manusia selalu mencari potensi baru, kehidupan baru, dan kesempatan baru. Telur menjadi simbol dari segala kemungkinan yang ada dalam kehidupan.

Dengan demikian, puisi "Telur" karya Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, harapan, dan potensi yang tak terbatas. Telur menjadi metafora yang kuat untuk memahami siklus kehidupan dan aspirasi manusia yang abadi akan kebangkitan dan pertumbuhan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Telur
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.