Puisi: Kata Itu, Suara Itu (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Kata Itu, Suara Itu" bukan hanya menggambarkan ketegangan dalam konteks perang, tetapi juga menyoroti kekuatan komunikasi tanpa kata-kata ....
Kata Itu, Suara Itu


Tiga buah panser kavaleri
Membayang hitam malam ini
Kami sama berjaga. Semua hening
Seorang anak empat belas tahun
Bertukar api rokok dengan kopral ini
Gugus api berlompatan
Cocktail Molotov di sudut berjajaran
Sebagian tidur, sebagian berkawal
Mungkin sebentar lagi mereka dibangunkan
Atau pagi-pagi sekali bergerak
Menyandang AK, prajurit ini berpapasan
Dengan yang berjaket kuning, dalam gelap

Tanpa kata, tanpa suara
Ruangan yang suram
Langit yang hitam
Tiada kata, tiada suara
Tapi satu sama lain tahu kata itu
Tahu suara itu
Suara bumi ini
Suara berjuta
Mereka berempat berjagalah malam ini
Tanpa kata, tiada suara
Tapi satu sama lain
Tahu kata itu
Paham suara itu.

1966

Sumber: Tirani dan Benteng (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Kata Itu, Suara Itu" karya Taufiq Ismail mengeksplorasi tema ketegangan dan komunikasi tanpa kata-kata dalam suatu konteks perang atau konflik. Dengan memanfaatkan gambaran suasana malam dan aksi tanpa suara, puisi ini memberikan pandangan dalam keadaan yang penuh tekanan dan kesepian.

Lanskap Perang: Puisi dibuka dengan gambaran tiga buah panser kavaleri yang menjadi bayangan hitam di malam yang sunyi. Lanskap perang menjadi latar belakang yang membayang dan penuh hening. Ini menciptakan atmosfer ketegangan dan antisipasi.

Prajurit Muda dan Tegangan: Sentuhan emosional diperkenalkan melalui gambaran seorang anak empat belas tahun yang bertukar api rokok dengan kopral. Meskipun suasana hening, terdapat unsur ketegangan yang muncul dari aksi pertukaran tersebut. Ini menciptakan kontras antara kepolosan usia dan realitas keadaan perang.

Cocktail Molotov dan Kewaspadaan: Penggunaan istilah "Cocktail Molotov" menciptakan citra bahaya dan keganasan. Para prajurit yang sebagian tidur dan sebagian berjaga menunjukkan tingkat kewaspadaan yang tinggi di tengah ancaman potensial.

Ketegangan dalam Gelap: Puisi menggambarkan gelapnya ruangan dan langit yang hitam, menciptakan gambaran suasana yang sulit dan mencekam. Ketegangan dalam gelap menciptakan atmosfer yang sarat dengan antisipasi terhadap konflik yang mungkin terjadi.

Pertukaran Tanpa Kata: Aksi pertukaran api rokok antara anak empat belas tahun dan kopral menjadi momen penuh makna. Meskipun tanpa kata, pertukaran tersebut menciptakan hubungan dan pemahaman di antara mereka. Ini menyoroti kemampuan komunikasi tanpa perlu menggunakan kata-kata.

Kebersamaan dalam Sunyi: Puisi menekankan kebersamaan para prajurit yang berjaga di malam hari. Meskipun tanpa kata-kata, mereka saling mengerti satu sama lain. Sunyi malam menjadi saksi dari kebersamaan dan keterlibatan mereka dalam tugas berjaga.

Kata dan Suara: Pada akhir puisi, terdapat penekanan pada pemahaman tanpa kata-kata. Para prajurit saling tahu "kata itu" dan memahami "suara itu" - suara bumi ini. Ini menyoroti kekuatan komunikasi non-verbal dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Pesan Kemanusiaan: Puisi ini dapat diartikan sebagai penggambaran kemanusiaan dalam kondisi sulit. Meskipun dalam suasana perang, kebersamaan, pengertian tanpa kata, dan empati tetap hadir di antara para prajurit.

Puisi "Kata Itu, Suara Itu" bukan hanya menggambarkan ketegangan dalam konteks perang, tetapi juga menyoroti kekuatan komunikasi tanpa kata-kata dan kemanusiaan di tengah kondisi sulit. Puisi ini menciptakan gambaran yang mendalam tentang kebersamaan, kepekaan, dan pemahaman di antara mereka yang berada di garis depan.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Kata Itu, Suara Itu
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.