Puisi: Jadi Apa Lagi (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Jadi Apa Lagi" karya Mustofa Bisri menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat ketika kepentingan, hak, perilaku, dan hubungan ...
Jadi Apa Lagi


Jadi apa lagi
yang bisa kita lakukan
bila mata sengaja dipejamkan
telinga sengaja ditulikan
nurani mati rasa?
 
Apalagi
yang bisa kita lakukan
bila kepentingan lepas dari kendali
hak lepas dari tanggung jawab
perilaku lepas dari rasa malu
pergaulan lepas dari persaudaraan
akal lepas dari budi?

Apalagi
yang bisa kita lakukan
bila pernyataan lepas dari kenyataan
janji lepas dari bukti
hukum lepas dari keadilan
kebijakan lepas dari kebijaksanaan
kekuasaan lepas dari koreksi?

Apalagi
yang bisa kita lakukan
bila kata kehilangan makna
kehidupan kehilangan sukma
manusia kehilangan kemanusiaannya
agama kehilangan Tuhan-nya?

Apalagi, saudara
yang bisa
kita lakukan?
 
Allah,
kalau saja itu semua
bukan kemurkaan dari-Mu terhadap kami
kami tak peduli.


Rembang, 1998

Sumber: Negeri Daging (2002)

Analisis Puisi:
Puisi "Jadi Apa Lagi" karya Mustofa Bisri menghadirkan refleksi mendalam tentang kondisi moral dan kemanusiaan dalam masyarakat. Penyair dengan tajam menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh individu dan masyarakat ketika kepentingan, hak, perilaku, dan hubungan sosial lepas kendali.

Keterpurukan Moral dan Kehilangan Nurani: Puisi ini dibuka dengan pertanyaan yang kuat tentang apa yang dapat dilakukan ketika mata ditutup dan telinga ditutup, serta ketika nurani mati rasa. Hal ini menciptakan gambaran keterpurukan moral dan kehilangan kesadaran diri, di mana orang-orang menutup mata terhadap kebenaran dan menolak mendengar panggilan hati nurani.

Tantangan Kepentingan Tanpa Kendali dan Hak Tanpa Tanggung Jawab: Penyair menggambarkan situasi di mana kepentingan lepas kendali, dan hak lepas dari tanggung jawab. Ini menciptakan gambaran masyarakat yang terjerumus dalam egoisme dan kepentingan pribadi, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap tanggung jawab kolektif.

Kehilangan Nilai dan Rasa Malu dalam Perilaku: Puisi menyentuh tentang kehilangan nilai dan rasa malu dalam perilaku. Ketika pergaulan lepas dari persaudaraan, dan akal lepas dari budi, penyair menyoroti ketidakmampuan manusia untuk menjaga moralitas dan etika dalam hubungan sosial.

Pernyataan Tanpa Kenyataan dan Kehilangan Keadilan: Penyair mengkritik pernyataan yang lepas dari kenyataan dan janji yang lepas dari bukti. Hal ini menciptakan gambaran politik dan sosial yang penuh retorika tanpa implementasi nyata, serta hukum yang lepas dari keadilan.

Kehilangan Makna dalam Kehidupan dan Kemanusiaan: Melalui pertanyaan mengenai kata yang kehilangan makna, kehidupan yang kehilangan sukma, dan manusia yang kehilangan kemanusiaannya, puisi menggambarkan kekosongan makna dan esensi dalam kehidupan manusia. Kehilangan kemanusiaan menciptakan gambaran tragis akan depersonalisasi sosial.

Pertanyaan Eksistensial dan Pencarian Arti: Penyair mengeksplorasi pertanyaan eksistensial mengenai apa yang bisa dilakukan dalam kondisi kehilangan dan kekosongan. Puisi ini menjadi panggilan untuk merenung tentang arti hidup dan peran manusia dalam menjaga nilai-nilai moral.

Panggilan Spiritual dan Ketergantungan pada Tuhan: Puisi ditutup dengan pertanyaan kepada Allah, mengekspresikan harapan bahwa semua kondisi tersebut bukanlah kemurkaan Tuhan terhadap umat manusia. Ini menciptakan nuansa ketergantungan pada aspek spiritual dan keyakinan bahwa Tuhan memiliki peran dalam membawa kemanusiaan kembali kepada nilai-nilai yang benar.

Puisi "Jadi Apa Lagi" tidak hanya menggambarkan keterpurukan moral dan kemanusiaan, tetapi juga menyajikan panggilan untuk perbaikan dan introspeksi. Mustofa Bisri dengan kefasihannya menciptakan puisi yang mengajak pembaca untuk merenung, bertanya pada diri sendiri, dan mencari solusi dalam menghadapi tantangan moral dan eksistensial di dalam masyarakat. Puisi ini menunjukkan bahwa dalam keterpurukan, harapan dan spiritualitas bisa menjadi jalan keluar.

Mustofa Bisri
Puisi: Jadi Apa Lagi
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.