Puisi: Kamadewi (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Kamadewi" karya Amir Hamzah mengeksplorasi tema-tema seperti kenangan, rindu, dan cinta yang berubah-ubah.
Kamadewi


Kembali pula engkau datang
kepadaku di waktu sekarang
tengah menjadi permainan gelombang
gelombang terberai di bunga karang.

Lah lama kau kulupakan
lah lampau bagi kenangan
lah lenyap dari pandangan.

Tetapi sekarang apatah mula
apakah sebab, aduhai bonda
ia datang menyusupi beta?

Kau ganggu hati yang reda
kau kacau air yang tenang
kau jagakan dewi asmara
kau biarkan air mata berlinang ...

O, asmara kau permainkan aku
laguan kasih engkau bisikkan
gendang kenangan engkau palu
dari kelupaan aku, engkau sentakkan.

Pujaan mana kau kehendaki
persembahan mana kau ingini
aduhai angkara Asmara dewi.

Gelak sudah beta sembahkan
cinta sudah tuan putuskan
apatah lagi dewi harapkan
pada beta duka sampaian ...

Kamadewi! Gendewamu bermalaikan seroja
puadai padma seraga
tetapi aku sepanjang masa
duduk di atas hamparan duka!

Kamadewi! Tiadakah tuan bertanyakan nyawa?


Sumber: Buah Rindu (1941)

Analisis Puisi:
Puisi "Kamadewi" karya Amir Hamzah adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan emosi, pertanyaan tentang cinta, kehilangan, dan perasaan yang rumit. Dalam puisi ini, penyair mengeksplorasi tema-tema seperti kenangan, rindu, dan cinta yang berubah-ubah.

Munculnya Kamadewi: Puisi ini dimulai dengan pengenalan karakter Kamadewi yang muncul kembali dalam kehidupan penyair. Kamadewi mewakili cinta yang telah lama terkubur atau diabaikan, muncul kembali di masa sekarang, dan membawa gelombang perasaan yang kuat dengan dia.

Kontras Gelombang dan Karang: Gelombang dan bunga karang adalah simbol perubahan dan kontras dalam perasaan. Mereka menggambarkan kekuatan alam yang tak terkendali dan konstan, sementara perasaan manusia bisa berubah-ubah seperti ombak dan bunga karang yang terberai.

Keadaan Perasaan yang Berubah: Penyair menggambarkan bagaimana perasaannya telah berubah seiring waktu. Sebelumnya, dia telah melupakan Kamadewi dan kenangan masa lalu, tetapi sekarang perasaan itu bangkit kembali. Ini mengilustrasikan kompleksitas perasaan manusia yang tidak selalu tetap atau dapat diprediksi.

Pertanyaan-Pertanyaan Penyair: Penyair mengajukan sejumlah pertanyaan dalam puisi ini, termasuk "apakah sebab, aduhai bonda ia datang menyusupi beta?" dan "Pujaan mana kau kehendaki, persembahan mana kau ingini?". Pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan keraguan dan kebingungan penyair tentang kehadiran Kamadewi dalam hidupnya.

Dilema Asmara: Puisi ini mengeksplorasi dilema cinta dan perasaan. Penyair mencoba untuk mengatasi perasaannya terhadap Kamadewi, tetapi merasa bingung dan terjebak dalam emosi yang rumit. Dia juga mencoba menjelaskan bahwa dia telah melupakan Kamadewi sebelumnya, tetapi cinta itu tetap ada.

Penutup yang Puitis: Puisi ini berakhir dengan penyair yang merenungkan Kamadewi dan kebingungannya tentang perasaannya. Penutup puisi ini merujuk pada Kamadewi sebagai "puadai padma seraga," yang menggambarkan keindahan dan kemurnian.

Puisi "Kamadewi" adalah ekspresi yang kuat dari perasaan manusia yang kompleks terkait dengan cinta dan kenangan. Ini menciptakan gambaran yang intens dan puitis tentang bagaimana cinta dapat memengaruhi dan mengganggu kehidupan seseorang, bahkan setelah jangka waktu yang lama.

Amir Hamzah
Puisi: Kamadewi
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.