Puisi: Patroli (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Patroli" karya Joko Pinurbo mengundang pembaca untuk merenungkan tentang konsekuensi kekerasan dan ketidakstabilan dalam masyarakat.
Patroli

Iring-iringan panser mondar-mandir
di jalur-jalur rawan di seantero sajakku.
Di sebuah sudut yang agak gelap komandan melihat
kelebat seorang demonstran yang gerak-geriknya
dianggap mencurigakan. Pasukan disiagakan
dan diperintahkan untuk memblokir setiap jalan.
Semua mendadak panik. Kata-kata kocar-kacir
dan tiarap seketika. Komandan berteriak,
"Kalian sembunyikan di mana penyair kurus
yang tubuhnya seperti jerangkong itu? Pena
yang baru diasahnya sangat tajam dan berbahaya."
Seorang peronda memberanikan diri angkat bicara,
"Dia sakit perut, Komandan, lantas terbirit-birit
ke dalam kakus. Mungkin dia lagi bikin aksi di sana."
"Sialan!" umpat komandan geram sekali, lalu
memerintahkan pasukan melanjutkan patroli.
Di huruf terakhir sajakku si jerangkong itu
tiba-tiba muncul dari dalam kakus sambil
menepuk-nepuk perutnya. "Lega," katanya.
Maka kata-kata yang tadi gemetaran serempak
bersorak dan merapatkan diri ke posisi semula.
Di kejauhan terdengar letusan, api sedang melahap
dan menghanguskan mayat-mayat korban.

1998

Sumber: Celana (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Patroli" karya Joko Pinurbo adalah puisi yang menggambarkan suasana kegelisahan dan ketegangan di tengah-tengah situasi yang rawan.

Gambaran Adegan Konflik: Puisi ini dibuka dengan gambaran iring-iringan panser yang mondar-mandir di jalur-jalur rawan di seantero sajak. Ini menciptakan atmosfer ketegangan dan keresahan, mengisyaratkan bahwa ada situasi konflik atau ketegangan yang sedang terjadi.

Penggunaan Istilah Militer: Penyair menggunakan istilah-istilah militer seperti "panser" dan "komandan", menciptakan citra tentang kekuatan militer atau kepolisian yang sedang berpatroli. Hal ini menambah intensitas dan seriusnya situasi yang digambarkan dalam puisi.

Persepsi Terhadap Penyair: Dalam puisi ini, penyair digambarkan sebagai orang yang dicurigai oleh komandan dan pasukannya. Mereka mencari penyair dengan tubuh kurus dan pena yang tajam, menggambarkan kekhawatiran akan pengaruh puisi atau tulisan yang dapat menginspirasi atau mengganggu status quo.

Kehadiran Penyair: Penyair secara mengejutkan muncul dari dalam kakus, memberikan momen katarsis atau pembebasan dari ketegangan yang telah dibangun sebelumnya. Namun, kesan ini segera berubah ketika penyair menyaksikan kejadian tragis di kejauhan, mengingatkan pembaca bahwa realitas kekerasan dan konflik tidak bisa dihindari.

Kritik Sosial: Puisi ini secara halus mengkritik situasi di mana kekerasan dan ketegangan dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Penggambaran ketidaknyamanan dan ketegangan yang meluas dalam puisi ini bisa diartikan sebagai kritik terhadap sistem yang menimbulkan situasi seperti itu.

Puisi "Patroli" karya Joko Pinurbo adalah sebuah puisi yang menciptakan gambaran atmosfer ketegangan dan kegelisahan di tengah-tengah situasi yang rawan. Dengan menggunakan istilah-istilah militer dan gambaran adegan yang kuat, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang konsekuensi kekerasan dan ketidakstabilan dalam masyarakat.

"Puisi: Patroli (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Patroli
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.