Puisi: Perjamuan Mutakhir (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Perjamuan Mutakhir" menghadirkan gambaran yang dalam tentang konfrontasi dengan realitas kehidupan, penerimaan akan takdir kematian, dan ...
Perjamuan Mutakhir

Ia duduk di depan meja yang dikelilingi
dua belas piring lapar. Ia membuka kitab
dan menemukan menu baru
di antara ayat-ayat makanan.
"Maaf, menu yang tuan pesan
sedang habis," cetus imam rumah makan.
Ia menutup kitab, lalu berkata,
"Biarlah piring-piring ini berlalu
dari hadapanku. Sesungguhnya
tubuhku pun kian habis dimakan makanan."

2015

Sumber: Buku Latihan Tidur (2017)

Analisis Puisi:

Puisi "Perjamuan Mutakhir" karya Joko Pinurbo merupakan sebuah karya sastra yang singkat namun sarat dengan makna filosofis dan refleksi tentang kehidupan manusia.

Simbolisme Meja dan Piring: Meja yang dikelilingi oleh dua belas piring lapar melambangkan perjamuan terakhir atau perjamuan terakhir seorang manusia. Dalam tradisi agama, perjamuan terakhir sering kali diasosiasikan dengan peristiwa-peristiwa penting, seperti perjamuan terakhir Yesus dengan murid-muridnya sebelum penyaliban.

Kitab dan Ayat Makanan: Dalam puisi ini, kitab yang dibuka oleh subjek puisi melambangkan panduan atau ajaran agama yang dijadikan pegangan dalam hidupnya. Ayat-ayat makanan yang ditemukan di dalam kitab mencerminkan makna spiritual yang dalam tentang kehidupan dan kebutuhan manusia.

Konfrontasi dengan Kehidupan: Kehadiran imam rumah makan yang menyampaikan bahwa menu yang diinginkan sudah habis menjadi simbol dari konfrontasi dengan realitas kehidupan yang tak selalu sesuai dengan harapan. Ini menggambarkan bahwa kadang-kadang apa yang diinginkan atau diharapkan tidak selalu bisa terwujud.

Penerimaan Akan Kehadiran Kematian: Ketika imam rumah makan menyampaikan bahwa menu yang diinginkan sudah habis, subjek puisi menerima hal tersebut dengan bijaksana. Penutupan kitab oleh subjek puisi menggambarkan penerimaan akan keadaan dan ketidakmampuan manusia untuk mengontrol segala hal, termasuk takdir kematian.

Refleksi tentang Kehidupan dan Kematian: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan dan kematian, serta hubungan antara keduanya. Penerimaan akan takdir kematian juga dihubungkan dengan kesadaran akan keterbatasan manusia dan kerentanan hidup.

Puisi "Perjamuan Mutakhir" menghadirkan gambaran yang dalam tentang konfrontasi dengan realitas kehidupan, penerimaan akan takdir kematian, dan refleksi tentang kehidupan manusia. Melalui simbolisme yang kuat dan bahasa yang sederhana namun dalam, Joko Pinurbo berhasil menggambarkan esensi yang mendalam tentang kehidupan manusia dan penerimaan akan takdir kematian.

"Puisi: Perjamuan Mutakhir (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Perjamuan Mutakhir
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.