Puisi: Mari Aku Sisir Alis di Matamu (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Mari Aku Sisir Alis di Matamu" menggambarkan keindahan, keintiman, dan kompleksitas dalam hubungan manusia dengan alam dan sesama. Melalui ....
Mari Aku Sisir Alis di Matamu

Tadi sudah aku beli ketimun, lima buah. Warnanya hijau pucat. Mari aku lihat alismu, aku sisir. Masa kanak-kanak memeluk punggungmu lagi dari belakang. Ada tawa bayi yang membuat waktu di pintu kota. Masa kanak-kanak berlari lagi, bercerita lagi padaku. Ah, tembok-tembok itu seharusnya tidak berdiri, seharusnya biarkan sawah-sawah datang padaku setiap hari, angin datang padaku setiap hari, dan tetangga-tetangga juga datang meminjam minyak goreng atau mengambil buah mangga. Seharusnya tanah ini tidak dipenuhi lagi oleh rumah-rumah. Seharusnya aku sudah mencintaimu sejak 100 tahun lalu.

Aku sudah mandi, sudah sikat gigi. Tubuhku kini berbau buah sawo. Dan tubuhmu pagi yang abadi, yang membuat rencana-rencana. Besok aku akan mengajakmu naik perahu, seperti sungai Musi yang membuat kota Palembang. Besok aku akan mengajakmu membuat manisan belimbing. Kamu berjalan berjingkat, menggambarkan politik seperti kesibukan mencuci piring di dapur. Besok kita buat rujak dari jambu yang aku petik di kebun. Mana madunya, mana bunga mawarnya, lalu puisi-puisi Rumi tentang cinta. Aku memelukmu dengan langit yang tumbuh di telapak tanganku.

Biarkan langit ada di situ. Biarkan orang memandangnya, memberikan warna biru pada mimpi-mimpinya. Dan masa kanak-kanak yang berlari lagi memelukmu dari belakang. Menelponmu saat-saat kesepian. Biarkan hujan sendiri yang membawa payung. Aku tidak mengubahnya. Kita berjalan berjingkat, melihat dunia di luar bergerak seperti masa kanak-kanak kita. Lalu ini langit untukmu, langit Oktober, aku baru memetiknya dari kebun. Hingga pagi menjelang dari tubuhmu.

1999

Sumber: Dalam Rahim Ibuku Tak Ada Anjing (2002)

Analisis Puisi:
Puisi "Mari Aku Sisir Alis di Matamu" karya Afrizal Malna adalah sebuah karya yang penuh dengan imajinasi, keintiman, dan refleksi tentang hubungan manusia dengan alam, kenangan masa kecil, serta cinta yang abadi.

Imajinatif dan Deskriptif: Puisi ini menggunakan bahasa yang imajinatif dan deskriptif untuk menggambarkan adegan sehari-hari dengan cara yang tidak biasa. Misalnya, penggambaran beli ketimun, mandi, dan sikat gigi menjadi simbolik dari rutinitas harian yang dihubungkan dengan keintiman dan hubungan personal.

Nostalgia dan Masa Kanak-Kanak: Penggunaan tema nostalgia tentang masa kanak-kanak menambah kedalaman emosional dalam puisi ini. Pengulangan frasa "masa kanak-kanak" menekankan pentingnya kenangan dan pengalaman masa lalu dalam membentuk identitas dan hubungan manusia.

Hubungan dengan Alam: Puisi ini mengeksplorasi hubungan manusia dengan alam melalui gambaran tentang sungai, sawah, angin, dan langit. Alam di sini tidak hanya sebagai latar belakang, tetapi juga sebagai elemen yang hidup dan berinteraksi dengan karakter dan emosi manusia.

Cinta yang Abadi: Sentimen cinta yang abadi tercermin dalam penggambaran kebersamaan yang sederhana namun bermakna antara "aku" dan "kamu". Penggunaan bahasa yang intim dan romantis, seperti mengajak naik perahu, membuat manisan belimbing, dan memetik langit Oktober, mengekspresikan keinginan untuk menjaga hubungan yang langgeng dan penuh makna.

Simbolisme: Puisi ini sarat dengan simbolisme, di mana setiap objek atau adegan yang digambarkan memiliki makna mendalam. Misalnya, "langit Oktober" dapat diartikan sebagai waktu yang indah namun sementara, sementara "matamu" mewakili keindahan dan keabadian cinta.

Akhir yang Menggantung: Puisi ini diakhiri dengan sebuah adegan yang menggantung, di mana pagi menjelang dari tubuh "kamu". Hal ini meninggalkan ruang bagi pembaca untuk menafsirkan akhir cerita dan menciptakan kesan yang terbuka dan reflektif.

Puisi "Mari Aku Sisir Alis di Matamu" menggambarkan keindahan, keintiman, dan kompleksitas dalam hubungan manusia dengan alam dan sesama. Melalui bahasa yang imajinatif dan simbolisme yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kenangan masa lalu, kehadiran alam, dan makna cinta yang abadi. Dengan penggunaan tema nostalgia dan hubungan yang intim, puisi ini berhasil menciptakan gambaran yang mendalam tentang kemanusiaan dan alam semesta.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Mari Aku Sisir Alis di Matamu
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.