Puisi: Mengapa Hanya Malaikat (Karya Beni Setia)

Puisi: Mengapa Hanya Malaikat Karya: Beni Setia
Mengapa Hanya Malaikat


Satu dua antara belantara (rambut
putih kehilangan hitam), satu dua
kelokan lengang menjelang malam. Di ujung
menunggu pedang dengan rajam + rajam.

“Bila mulut banyak mengunyah, bila lambung
banyak memamah, bila darah hanya berlemak:
apa tak terbaca plakat orang-orang lapar
pada setiap kerut lipat kulit perut?”

Megap-megap bagai ikan, merayap bagai ketam
: tangan si miskin terkunyah larut di darah
O, mengapa hanya malaikat yang tahu, senyum
melihat jantung diremas-gemas dendam si lapar

Jalan lengang, jalan panjang, jalan bimbang
bulan ramadhan; mengapa hanya malaikat yang
tahu? Mengapa?
Mengapa hanya malaikat.


1979/1983/1987

Beni Setia
Puisi: Mengapa Hanya Malaikat
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.