Puisi: Sajak Cinta (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Sajak Cinta" karya Mustofa Bisri merayakan keunikan setiap hubungan cinta sambil menyelami dimensi spiritual dan universal dari perasaan itu.
Sajak Cinta


Cintaku kepadamu belum pernah ada contohnya
cinta Romeo kepada Juliet, si Majnun Qais kepada Laila
belum apa-apa
temu-pisah kita lebih bermakna
dibanding temu-pisah Yusuf dan Zulaikha
rindu-dendam kita melebihi rindu dendam Adam Hawa

Aku adalah ombak samuderamu
yang lari-datang bagimu
hujan yang berkilat dan berguruh mendungmu.

Aku adalah wangi bungamu
luka berdarah-darah durimu
semilir sampai badai anginmu.

Aku adalah kicau burungmu
kabut puncak gunungmu
tuah tenungmu.

Aku adalah titik-titik hurufmu
huruf-huruf katamu
kata-kata maknamu.

Aku adalah sinar silau panas
dan bayang-bayang hangat mentarimu
bumi pasrah langitmu.

Aku adalah jasad ruhmu
fayakun kunmu
aku adalah a-k-u
k-a-u
mu.


Rembang, 30/9/1995

Sumber: Wekwekwek (1996)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Cinta" karya Mustofa Bisri adalah ungkapan yang mendalam tentang cinta yang unik dan bermakna. Dalam analisis ini, kita akan menguraikan beberapa elemen kunci yang mencirikan keunikan dan kedalaman puisi ini.

Uniknya Cinta: Penyair membuka puisi dengan pernyataan bahwa cintanya belum pernah ada contohnya. Dengan membandingkan cintanya dengan tokoh-tokoh cinta terkenal seperti Romeo dan Juliet, Majnun dan Laila, atau Yusuf dan Zulaikha, ia menyampaikan bahwa cintanya memiliki dimensi yang berbeda dan unik.

Makna Temu-Pisah: Penyair menekankan bahwa temu-pisah dalam hubungannya lebih bermakna dibandingkan dengan kisah-kisah cinta klasik. Temu-pisah di sini bukanlah sekadar kehilangan dan pertemuan fisik, tetapi mencakup dimensi emosional dan spiritual yang mendalam.

Personifikasi Alam: Penyair menggunakan personifikasi untuk menggambarkan cintanya. Ia mengidentifikasi dirinya sebagai ombak samudera, hujan yang kilat dan berguruh, bau bunga, kicau burung, dan banyak lagi. Ini menciptakan gambaran keindahan dan kemegahan alam yang menjadi manifestasi cinta kepada sang kekasih.

Kecintaan yang Luar Biasa: Penyair menyatakan bahwa cintanya melebihi rindu dan dendam Adam dan Hawa, pasangan manusia pertama dalam kepercayaan agama Islam. Hal ini menggambarkan bahwa cinta yang ia rasakan memiliki dimensi yang sangat mendalam dan universal.

Identifikasi Diri dan Kekasih: Penyair menyatukan dirinya dengan segala hal yang melekat pada kekasihnya. Dari sinar silau panas hingga bayang-bayang hangat, dari huruf-huruf hingga kata-kata, ia menciptakan identifikasi yang erat antara dirinya dan sang kekasih.

Spiritualitas dan Kekuatan Kata: Dengan menyebutkan "fayakun kunmu," penyair menghadirkan dimensi spiritual dalam puisinya. Pemilihan kata dan struktur kalimat mencerminkan kekuatan kata-kata yang menjadi pondasi hubungan cinta.

Kesimpulan Universal: Penyair mengakhiri puisi dengan penyatuan huruf "a-k-u" dan "k-a-u," menunjukkan bahwa pada akhirnya, mereka adalah satu kesatuan yang utuh. Ini menciptakan kesan bahwa cinta yang diungkapkan di dalam puisi ini memiliki dimensi universal dan tak terpisahkan.

Puisi "Sajak Cinta" adalah puisi yang mencerminkan kompleksitas dan kedalaman cinta. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang kaya, Mustofa Bisri berhasil menciptakan karya yang merayakan keunikan setiap hubungan cinta sambil menyelami dimensi spiritual dan universal dari perasaan itu.

Mustofa Bisri
Puisi: Sajak Cinta
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.