Puisi: Catatan Nopember 1999 (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Catatan Nopember 1999" karya Diah Hadaning mengekspresikan pemikiran yang dalam terkait dengan perubahan sosial, perasaan kesendirian, ....
Catatan Nopember 1999


Daun mahomi berguguran di trotoar
angin menerpa pagar
hiruk-pikuk di kota-kota
menghela waktu
impian para urban
yang selalu ditinggalkan jaman.

Menyimak ragam pengkhianatan
yang akhirnya jadi catatan
aku pejalan hitung jejak sendiri
dalam kabut misteri
kalabendu tebar api
kalabendu koyak negri.

Masih aku 'nembang tiap petang
'manggil ruh kalasuba
jangan biarkan bunga mengering
di celah batu
tempat sandar bayangku
tempat gigil panggilku.

Bogor, November 1999

Analisis Puisi:
Puisi "Catatan Nopember 1999" karya Diah Hadaning mengekspresikan refleksi dan pengamatan penyair terhadap suasana, peristiwa, dan emosi yang terkait dengan bulan November tahun 1999, dengan latar belakang perubahan dan kompleksitas dalam konteks sosial dan kehidupan sehari-hari.

Gambaran Musim Gugur dan Keramaian Kota: Puisi dimulai dengan gambaran musim gugur, daun-daun yang berguguran di trotoar, dan angin yang menerpa pagar. Deskripsi ini merujuk pada suasana musim gugur yang khas dengan kegiatan dan perubahan alam yang terlihat dalam pemandangan sekitar, menyoroti keramaian dan dinamika kehidupan kota.

Impian yang Ditinggalkan: Penyair menyoroti impian para urban yang terus ditinggalkan oleh zaman. Hal ini menyoroti perubahan yang terjadi dalam lingkungan perkotaan yang dapat mengaburkan impian atau harapan individu dalam menghadapi perubahan zaman.

Pengkhianatan dan Kabut Misteri: Referensi terhadap pengkhianatan yang menjadi catatan menyoroti kemungkinan pengalaman kekecewaan dan ketidakpastian yang mungkin dialami penyair atau masyarakat saat itu. Kabut misteri menjadi metafora yang menggambarkan ketidakjelasan atau kebingungan atas kondisi saat itu.

Kesendirian dan Panggilan Spiritual: Penyair menyampaikan kesendirian dan refleksi diri melalui 'nembang' yang mencerminkan ritual spiritual atau upacara keagamaan yang mungkin dilakukan pada petang hari. Panggilan untuk menjaga bunga agar tidak layu dapat diartikan sebagai simbol kesadaran akan perlunya menjaga dan memelihara sesuatu yang berharga dalam kehidupan.

Secara keseluruhan, puisi ini mengekspresikan pemikiran yang dalam terkait dengan perubahan sosial, perasaan kesendirian, refleksi diri, dan panggilan spiritual. Dengan penggunaan imageri musim gugur dan metafora kehidupan sehari-hari, penyair menciptakan suasana dan refleksi mendalam terkait dengan periode tertentu, yakni November 1999.

"Puisi: Catatan Nopember 1999 (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Catatan Nopember 1999
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.