Puisi: Senyum Hatiku, Senyum (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Senyum Hatiku, Senyum" karya Amir Hamzah mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kebahagiaan, kesedihan, dan penerimaan akan nasib dalam ...
Senyum Hatiku, Senyum


Senyum hatiku, senyum
gelak hatiku, gelak
dukamu tuan, aduhai kulum
walaupun hatimu, rasakan retak.

Benar mawar kembang
melur mengirai kelopak
anak dara duduk berdendang
tetapi engkau, aduhai fakir, dikenang orang
sekalipun tidak.

Kuketahui, terkukursulang menyulang
murai berkicau melagukan cinta
tetapi engkau aduhai dagang
umpamakan pungguk merayukan purnama.

Sungguh matahari dirangkum segara
purnama raya di lingkung bintang
tetapi engkau, aduhai kelana
siapa mengusap hatimu bimbang?

Diam hatiku, diam
cubakan ria, hatiku ria
sedih tuan, cubalah pendam
umpama disekam, api menyala.

Mengapakah rama-rama boleh bersenda
alun boleh mencium pantai
tetapi beta makhluk utama
duka dan cinta menjadi selampai?

Senyap, hatiku senyap
adakah boleh engkau merana
sudahlah ini nasib yang tetap
engkau terima di pangkuan bonda.


Sumber: Buah Rindu (1941)

Analisis Puisi:
Puisi "Senyum Hatiku, Senyum" merupakan salah satu karya sastra dari penyair besar Indonesia, Amir Hamzah. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan berbagai aspek emosi dan perasaan manusia.

Senyum dan Gelak sebagai Ekspresi Emosi: Puisi ini dimulai dengan merujuk pada senyum dan gelak hati. Senyum dan gelak adalah ekspresi kebahagiaan dan kegembiraan. Namun, penyair juga menambahkan bahwa hati seseorang bisa merasakan retak meskipun mereka sedang tersenyum, menggambarkan kompleksitas perasaan manusia.

Perbandingan dengan Alam: Amir Hamzah sering menggunakan alam dan objek alam sebagai metafora untuk menggambarkan perasaan manusia. Dalam puisi ini, mawar kembang, anak dara yang duduk berdendang, murai yang berkicau, matahari, dan purnama semuanya digunakan sebagai perbandingan untuk menggambarkan berbagai perasaan manusia, baik yang riang maupun yang sedih.

Keindahan Kata-Kata: Amir Hamzah terampil dalam memilih kata-kata yang indah dan gamblang. Dia menggunakan bahasa yang kaya dan metafora yang kuat untuk menggambarkan perasaan dan emosi yang kompleks.

Pertentangan dalam Perasaan: Puisi ini mencerminkan pertentangan dalam perasaan manusia. Meskipun terdapat kebahagiaan dan kegembiraan, penyair juga menyoroti kebingungan dan penderitaan yang seringkali terkait dengan perasaan cinta.

Kesimpulan Damai: Puisi ini berakhir dengan ketenangan dan penerimaan akan nasib. Penyair mengajak pembaca untuk menerima kenyataan hidup dan menjalani hidup dengan damai meskipun ada berbagai perasaan dan pengalaman yang muncul.

Puisi "Senyum Hatiku, Senyum" karya Amir Hamzah adalah karya sastra yang indah dan penuh dengan gambaran perasaan manusia. Penyair dengan cermat menggunakan bahasa dan metafora untuk menggambarkan kompleksitas emosi manusia, yang sering kali dipengaruhi oleh alam dan lingkungan sekitar. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kebahagiaan, kesedihan, dan penerimaan akan nasib dalam hidup.

Amir Hamzah
Puisi: Senyum Hatiku, Senyum
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.