Puisi: Doa (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Doa" menciptakan gambaran spiritual yang mendalam. Melalui bahasa puitis dan imajinatif, Sanusi Pane berhasil merangkai kata-kata untuk ...
Doa


O, Kekasihku, turunkan cintamu memeluk daku.
Sudah bertahun aku menanti, sudah bertahun aku mencari.
O, Kekasihku, turunkan rahmatmu ke dalam taman hatiku.
Bunga kupelihara dalam musim berganti, bunga kupelihara dengan cinta berahi.
O, Kekasihku, buat jiwaku bersinar-sinar!
O, Keindahan, jiwaku rindu siang dan malam, hendak memandang cantik parasmu.
Datanglah tuan dari belakang pegunungan dalam ribaan pagi tersenyum.
O, beri daku tenaga, supaya aku bisa bersama tuan melayang
        sebagai garuda menuju kebiruan langit nilakandi.


Sumber: Madah Kelana (1931)

Analisis Puisi:
Puisi "Doa" karya Sanusi Pane adalah ungkapan keinginan, kerinduan, dan doa yang dalam terhadap kekasih atau objek cinta.

Gaya Bahasa dan Irama: Sanusi Pane menggunakan bahasa yang indah dan kaya imaji. Pemilihan kata-kata yang romantis menciptakan suasana yang puitis. Rima dan ritma dalam puisi ini juga memberikan kelembutan pada pengalaman membaca.

Keinginan dan Kerinduan: Puisi ini menggambarkan rasa kerinduan dan keinginan yang mendalam terhadap kekasih. Permohonan untuk "turunkan cintamu" dan "turunkan rahmatmu" mencerminkan kerinduan untuk bersatu dengan kekasih dan merasakan kasih sayang-Nya.

Metafora Taman Hati: Metafora taman hati menciptakan gambaran keindahan dan kebersihan hati sebagai tempat berkembangnya cinta dan rahmat. Bunga-bunga yang dipelihara mencerminkan keindahan dan kesucian perasaan yang dijaga dengan cinta yang berkobar.

Ungkapan Kehendak dan Permintaan: Melalui doa-doanya, penutur puisi meminta agar jiwanya bersinar-sinar dan diberi tenaga untuk bersama kekasih melayang. Ini menciptakan gambaran keinginan untuk bersatu dengan kekasih secara spiritual dan rohaniah.

Kekaguman Terhadap Kecantikan: Puisi ini juga menunjukkan kekaguman terhadap kecantikan. Penggunaan kata-kata seperti "O, Keindahan" dan "memandang cantik parasmu" menciptakan gambaran kekaguman terhadap kecantikan yang menjadi objek rindu.

Citra Garuda dan Langit Nilakandi: Citra garuda dan langit nilakandi menambah dimensi spiritual dalam puisi ini. Garuda sering kali melambangkan kebebasan dan spiritualitas, sementara langit nilakandi memberikan nuansa transenden yang menggambarkan keinginan untuk mencapai tingkat kesucian yang tinggi.

Keberanian dan Keinginan Melampaui Batas: Permohonan untuk "melayang sebagai garuda menuju kebiruan langit nilakandi" mencerminkan keberanian dan keinginan untuk melampaui batas-batas dunia fisik menuju eksistensi spiritual yang lebih tinggi.

Puisi "Doa" bukan hanya sekadar ungkapan cinta dan kerinduan, tetapi juga menciptakan gambaran spiritual yang mendalam. Melalui bahasa puitis dan imajinatif, Sanusi Pane berhasil merangkai kata-kata untuk menyampaikan keinginan dan doa yang mendalam terhadap kekasih dan Tuhan.

Sanusi Pane
Puisi: Doa
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.