Puisi: Perahu (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Perahu" karya Joko Pinurbo menghadirkan suatu cerita tentang perjalanan hidup, pengabdian, dan akhir yang mengharukan.
Perahu
: Y.B.M.

Air danau makin meninggi.
Entah sudah berapa desa tenggelam di sini.

Setelah sembahyang dan menghitung cahaya lampu
di kejauhan, pada tengah malam ia memutuskan pergi
ke seberang. Di sana anak-anak sudah tak sabar menunggu
dan ingin segera mendapat oleh-olehnya: buku tulis, pensil
dan kisah-kisah petualangan yang biasa ia dongengkan
dengan jenaka dan di gedung sekolah darurat yang tentu
tidak tertib kurikulumnya.
"Hati-hati Pak Guru, hujan tampaknya segera turun,"
kata orang-orang kampung yang membantu
mendorong perahunya.
"Tenanglah," timpalnya sambil tersenyum,
"saya sudah terlatih untuk kalah."
Meskipun agak gentar sebenarnya, ia meluncur juga
bersama sarung dan capingnya.

Air danau makin meninggi.
Entah sudah berapa rumah tenggelam di sini.

Sebelum sampai di seberang, ia memutuskan mundur
ke tengah. Seluruh kawasan telah dijaga aparat
Dan cukup sulit mendapatkan tempat mendarat.
Sambil menunggu situasi ia tiduran saja di atas perahu
dan, kalau bisa, bermimpi. Menjelang subuh,
perahu mendarat di tujuan. Mereka menyambut girang:
"Pak Guru sudah datang!"
Pak Guru memang sudah datang. Sayang ia tak juga bangun
dan tak akan bangun lagi.
Tapi anak-anak, yang ingin segera mendapat oleh-olehnya,
tak akan mengerti batas antara tidur dan mati.

Beberapa aparat memeriksa tubuhnya yang masih hangat
dan menemukan sesobek surat: "Pak Petugas, tolong sampaikan pensil dan buku tulis ini kepada anak-anakku
yang pintar dan lucu. Saya mungkin tak sempat lagi bertemu."
Ada di antara mereka yang berkata:
"Kandas juga ia akhirnya."

Memang ia kandas, dan tenggelam, ke lembah maria.
Seperti hidup yang karam ke dalam doa.

Barangkali ia sendiri sebuah perahu. Yang dimainkan
anak-anak piatu. Yang berani mengarungi mimpi
dan menyusup ke belantara waktu.

1999

Analisis Puisi:
Puisi "Perahu" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya yang menggugah perasaan dan merangkum perjalanan hidup seorang guru. Dengan penggunaan bahasa yang lugas dan mendalam, Pinurbo menghadirkan suatu cerita tentang perjalanan hidup, pengabdian, dan akhir yang mengharukan.

Tema Ketidakpastian dan Perpisahan: Puisi ini membuka dengan deskripsi air danau yang meninggi, menciptakan suasana ketidakpastian dan ancaman. Tema perpisahan menjadi terasa kuat ketika guru tersebut memutuskan untuk pergi ke seberang dan memberikan oleh-oleh kepada anak-anaknya. Pilihan kata-kata yang lembut dan hangat menggambarkan ikatan yang erat antara guru dan muridnya.

Penggambaran Keseharian yang Menggugah Emosi: Penyair merinci momen-momen keseharian sang guru, seperti sembahyang dan menghitung cahaya lampu di kejauhan, yang kemudian menjadi pengantar bagi perjalanannya. Detail-detail ini menambah keberagaman dan kedalaman pada karakter, membuat pembaca merasa terhubung dengan kehidupan guru tersebut.

Perjalanan Fisik dan Batin: Perjalanan melintasi danau menjadi simbol perjalanan fisik dan batin sang guru. Perjuangannya untuk mencapai seberang menggambarkan tantangan hidup yang harus dihadapinya. Namun, perjalanan batinnya juga tercermin dalam penggambaran kekhawatiran dan pemikirannya terhadap murid-muridnya.

Simbolisme Perahu sebagai Hidup: Guru tersebut diibaratkan sebagai perahu yang melintasi perairan kehidupan. Perahu ini menjadi lambang keberanian mengarungi takdir dan berbagi pengetahuan serta pengalaman kepada murid-muridnya. Pilihan untuk membatalkan perjalanan ke seberang menggambarkan kebijaksanaan dan kesadaran akan batas-batas yang tak terduga.

Mimpi dan Realitas di Atas Perahu: Momen ketika guru tersebut tiduran di atas perahu dan berharap bisa bermimpi menciptakan atmosfer puitis. Ini mencerminkan perasaan damai dan menerima segala realitas yang dihadapinya. Penggambaran ini menghadirkan keindahan dan kerapuhan manusia di tengah-tengah perjalanan hidupnya.

Kesedihan dan Harapan dalam Pemakaman Guru: Akhir puisi menghadirkan kesedihan yang mendalam dengan kematian sang guru. Namun, keinginan guru untuk memberikan oleh-oleh berupa pensil dan buku tulis kepada murid-muridnya menunjukkan harapan akan kelanjutan kehidupan dan pengaruh positif yang akan ditinggalkannya.

Puisi "Perahu" karya Joko Pinurbo menciptakan kisah yang penuh makna dan mendalam tentang perjalanan hidup seorang guru. Dengan bahasa yang sederhana namun memikat, Pinurbo berhasil menggugah emosi pembaca dan mengajak mereka merenung tentang arti pengabdian, perpisahan, dan harapan. Puisi ini menciptakan sebuah lukisan indah tentang hidup yang mampu menginspirasi dan meninggalkan kesan yang mendalam.

Puisi Perahu
Puisi: Perahu
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.