Puisi: Percakapan (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Percakapan" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang singkat namun penuh dengan makna dan refleksi.
Percakapan


Lalu ke mana lagi percakapan kita (desah jam
menggigilkan ruangan, kata-kata yang sudah
dikosongkan. Semakin hijau pohonan di luar
sehabis hujan semalaman; semakin merah

bunga-bunga ros di bawah jendela; dan kabut,
dan kabut yang selalu membuat kita lupa)
sehabis hujan, sewaktu masing-masing mencoba
mengingat-ingat nama, jam semakin putih tik-toknya.


Sumber: Ayat-Ayat Api (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Percakapan" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang singkat namun penuh dengan makna dan refleksi. Melalui penggunaan bahasa dan imaji yang khas, puisi ini menggambarkan perasaan kehampaan dan kehilangan dalam sebuah percakapan yang telah meredup.

Tema Puisi: Tema utama yang diangkat dalam puisi ini adalah percakapan yang telah redup dan terhempas oleh waktu. Puisi ini menyampaikan perasaan kehampaan dan kehilangan dalam sebuah hubungan atau percakapan yang dulu ada, tetapi kini telah berubah dan hilang.

Pesan Sentral: Puisi ini menggambarkan bagaimana percakapan yang dahulu penuh makna dan warna, kini hanya tinggal bayang-bayang. Meskipun latar alam sekitarnya berubah, dengan pohon yang semakin hijau dan bunga yang semakin merah setelah hujan, percakapan mereka telah kehilangan kehangatan dan makna. Puisi ini mungkin mencerminkan perasaan kehilangan dalam hubungan atau komunikasi yang telah meredup seiring waktu.

Bahasa dan Gaya Sastra: Sapardi Djoko Damono menggunakan bahasa yang sederhana namun kaya akan makna. Gaya sastranya yang menggambarkan suasana hati dan perubahan alam di sekitar menciptakan imaji yang kuat. Bahasa ini menciptakan perasaan nostalgia dan kehampaan dalam hati pembaca.

Struktur Puisi: Puisi ini terdiri dari dua bait yang terdiri dari delapan baris. Setiap baris pendek namun padat dengan makna. Struktur yang singkat mencerminkan kesederhanaan dan kejelasan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.

Analisis Kalimat:
  • "Lalu ke mana lagi percakapan kita": Kalimat pertama menggambarkan perpindahan atau meredupnya percakapan yang dulu akrab. Pertanyaan ini mengisyaratkan bahwa percakapan telah mengalami perubahan atau kehilangan arah.
  • "(desah jam menggigilkan ruangan, kata-kata yang sudah dikosongkan": Kalimat ini menciptakan atmosfer kehampaan dan keterasingan dengan menyebutkan jam yang mengeluarkan suara desah dan ruangan yang terasa dingin. Kata-kata dalam percakapan juga dikatakan telah kehilangan makna atau isinya.
  • "Semakin hijau pohonan di luar sehabis hujan semalaman; semakin merah bunga-bunga ros di bawah jendela; dan kabut, dan kabut yang selalu membuat kita lupa)": Kalimat ini menggambarkan perubahan alam di sekitar, tetapi juga mengindikasikan bahwa meskipun lingkungan berubah, percakapan mereka tidak mampu mempertahankan makna dan koneksi yang kuat. Kabut juga menciptakan suasana lupa atau kabur.
  • "sehabis hujan, sewaktu masing-masing mencoba mengingat-ingat nama, jam semakin putih tik-toknya": Kalimat terakhir mengakhiri puisi dengan gambaran orang-orang yang berusaha mengingat kembali percakapan atau momen-momen masa lalu, tetapi waktu terus berjalan dan mengaburkan ingatan tersebut.
Puisi "Percakapan" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan perubahan dan kehilangan dalam hubungan atau percakapan. Melalui bahasa yang sederhana namun kaya makna, penyair berhasil menggambarkan perasaan nostalgia, kehampaan, dan perubahan dalam suatu hubungan yang dulu memiliki makna yang kuat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan betapa pentingnya menjaga dan menghargai komunikasi yang berharga dalam kehidupan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Percakapan
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.