Puisi: Di Kebun Jepun (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Di Kebun Jepun" karya Goenawan Mohamad menggambarkan pertemuan dua orang asing di kebun Jepang, serta perbincangan dan perenungan mereka ...
Di Kebun Jepun

Di kebun Jepun itu sepasang orang asing
berbicara tentang daun-daun.
"Alangkah sedihnya," kata yang perempuan,
"kita tak tahu nama daun dan pohon."
"Aku pun tak tahu siapa namamu," jawab yang laki-laki,
"kau tak tahu siapa namaku, tapi kita tak sedih."
"Tapi aku tahu siapa namamu, kau tahu siapa namaku."
"Hanya sebagian."
"Hanya sebagian. Tapi kau telah membedakanku dari yang lain,
sementara kita tak bisa membedakan daun-daun ini
dari yang lain, untuk saat yang lain."
"Tapi kau bukan daun. Aku tak bisa melupakanmu."

Memang manis kedengarannya. Mungkin romantis.
Mungkin lucu. Dan terlambat.
Mereka bukan anak-anak muda dari sebuah novel.
Mereka bayang-bayang, menghitam oleh usia, mencari nyali
dalam keramat matahari, dan akan hilang sendiri-sendiri
bila tiba gelap.
Dan gelap juga akan tiba di kebun Jepun itu.

Maka pada rumput tanpa nama, di teduh pohon tanpa nama,
mereka duduk. Mereka ingin saling membujuk, mungkin
memeluk. Tapi kemudian, cuma bersintuhan.
Hanya bersintuhan! Mereka takut. Kenangan bisa
hanya beban, cinta tak ada jalan keluar, matahari
hanya sebentar.
"Matahari hanya sebentar. Besok kita masing-masing pergi."
Dan perempuan itu, 37 tahun, teringat suaminya.
Dan laki-laki itu, 42 tahun, teringat isteri dan anak-anaknya.
"Lalu?"
"Jangan tanyakan itu."
"Perasaan kita ternyata sialan dan sia-sia,
tak ada gunanya."

Sungguh benar! Laki-laki itu ingin bersiul, mengelakkan
putus asa. Laki-laki itu ingin berkata:
"Sunyi juga sialan dan sia-sia, tak ada gunanya."
"Juga nama pohon," perempuan itu menyambung.
Dan mereka saling tersenyum, sakit, senyum, pahit
sementara ikan-ikan emas yang malas tak mengacuhkan
pucuk daun (mungkin kecubung) jatuh terapung pada
palung.
"Lalu, apa yang berguna?"
"Semut-semut," sembur yang laki-laki. Mereka tertawa,
memandangi sebaris semut mendaki tanah, menghindari basah.
"Atau," sambungnya, "yang berguna adalah gangsa."
"Tapi di kebun ini tak ada gangsa."

Laki-laki itu mengangguk. Tak ada, tapi itulah yang
mereka cari: seekor unggas yang putih + seekor lagi
unggas yang putih, berdiri di kejauhan dalam kebun itu,
membersihkan bulu, menjemur diri di sebuah pagi.
Kita butuh fantasi, pasangan itu ingin berbisik.
Tapi mereka tak berbisik. Hanya bersentuhan, sekali lagi.

1973

Sumber: Horison (November, 1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Kebun Jepun" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan pertemuan dua orang asing di kebun Jepang, serta perbincangan dan perenungan mereka tentang kehidupan, cinta, dan keterasingan. Puisi ini menghadirkan gambaran yang mendalam tentang manusia dalam konteks hubungan, harapan, dan kekosongan.

Pertemuan di Kebun Jepang: Puisi ini membuka dengan gambaran tentang sepasang orang asing yang bertemu di kebun Jepang. Mereka berbicara tentang daun-daun dan kekosongan dalam kehidupan, serta tentang pertemuan mereka yang terjadi tanpa rencana dan tanpa nama.

Dialog dan Refleksi: Melalui dialog yang dihadirkan dalam puisi ini, Goenawan Mohamad menggambarkan refleksi kedua karakter tentang cinta, kehilangan, dan keterasingan. Mereka menyadari bahwa meskipun mereka saling mengenal sebagian, namun ada banyak hal yang tetap misterius dan tak terungkap di antara mereka.

Realitas Kehidupan dan Kenangan: Kehidupan nyata yang dipaparkan dalam puisi ini adalah kehidupan yang penuh dengan kenangan, kehilangan, dan pertanyaan tanpa jawaban yang pasti. Kedua karakter dihadapkan pada kenyataan bahwa perasaan dan hubungan yang mereka alami mungkin hanya akan sia-sia di tengah kerapuhan dan ketidakpastian kehidupan.

Simbolisme Alam dan Kebutuhan akan Fantasi: Alam, terutama kebun Jepang, digambarkan sebagai tempat pemantik fantasi dan harapan bagi kedua karakter. Mereka merenungkan tentang kebutuhan akan fantasi dalam hidup dan keinginan akan hubungan yang berarti.

Keterikatan dan Keterpisahan: Meskipun mereka merasa tertarik satu sama lain, namun keterikatan dan keterpisahan menjadi tema yang dominan dalam puisi ini. Mereka menyadari bahwa pertemuan mereka mungkin hanya bersifat sementara dan tak akan bertahan lama.

Puisi "Di Kebun Jepun" menggambarkan perbincangan yang intim antara dua orang asing di tengah keindahan alam yang menakjubkan. Goenawan Mohamad memperlihatkan kompleksitas emosi, perenungan, dan harapan yang hadir dalam hubungan manusia. Puisi ini menjadi pengingat tentang keterbatasan manusia dalam mencari arti dan keindahan dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan kekosongan.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Di Kebun Jepun
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.