Puisi: Sajak Pulau Bali (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Sajak Pulau Bali" karya W.S. Rendra menggambarkan bagaimana industri pariwisata mengubah Bali secara drastis, mempengaruhi kebudayaan ....
Sajak Pulau Bali


Sebab percaya akan keampuhan industri
dan yakin bisa memupuk modal nasional
dari kesenian dan keindahan alam,
maka Bali menjadi obyek pariwisata.

Betapa pun:
tanpa basa-basi keyakinan seperti itu,
Bali harus dibuka untuk pariwisata.
Sebab:
pesawat-pesawat terbang jet sudah dibikin,
dan maskapai penerbangan harus berjalan.
Harus ada orang-orang untuk diangkut.
Harus diciptakan tempat tujuan untuk dijual.

Dan waktu senggang manusia,
serta masa berlibur untuk keluarga,
harus bisa direbut oleh maskapai
untuk diindustrikan.
Dan Bali,
dengan segenap kesenian,
kebudayaan, dan alamnya,
harus bisa diringkaskan,
untuk dibungkus dalam kertas kado,
dan disuguhkan pada pelancong.

Pesawat terbang jet di tepi rimba Brazilia,
di muka perkemahan kaum Badui,
di sini mana pun yang tak terduga,
lebih mendadak dari mimpi,
merupakan kejutan kebudayaan.

Inilah satu kekuasaan baru.
Begitu cepat hingga kita terkesiap.
Begitu lihai sehingga kita terkesima.

Dan sementara kita bengong,
pesawat terbang jet yang muncul dari mimpi,
membawa bentuk kekuatan modalnya:
lapangan terbang. "Hotel - bistik - dan - coca cola",
jalan raya, dan para pelancong.

"Oh, look, honey - dear!
Lihat orang-orang pribumi itu!
Mereka memanjat pohon kelapa seperti kera.
Fantastic! Kita harus memotretnya!
…………………………
Awas! Jangan dijabat tangannya!
senyum saja and say hello.
You see, tangannya kotor
Siapa tahu ada telor cacing di situ.
………………………….
My God, alangkah murninya mereka.
Ia tidak menutupi teteknya!
Look. John, ini benar-benar tetek.
Lihat yang ini! O, sempurna!
Mereka bebas dan spontan.
Aku ingin seperti mereka....
Eh, maksudku...
Okey! Okey! Ini hanya pengandaian saja.
Aku tahu kamu melarang aku tanpa beha.
Look, now, John, jangan cemberut!
Berdirilah di sampingnya,
aku potret dari sini.
Ah! Fabulous!"

Dan Bank Dunia
selalu tertarik membantu negara miskin
untuk membuat proyek raksasa.
Artinya: yang 90 % dari bahannya harus diimpor.

Dan kemajuan kita
adalah kemajuan budak
atau kemajuan penyalur dan pemakai.

Maka di Bali
hotel-hotel pribumi bangkrut
digencet oleh packaged tour.

Kebudayaan rakyat ternoda
digencet standar dagang internasional.
Tarian-tarian bukan lagi suatu mantra,
tetapi hanya sekedar tontonan hiburan.
Pahatan dan ukiran bukan lagi ungkapan jiwa,
tetapi hanya sekedar kerajinan tangan.

Hidup dikuasai kehendak manusia,
tanpa menyimak jalannya alam.
Kekuasaan kemauan manusia,
yang dilembagakan dengan kuat,
tidak mengacuhkan naluri ginjal,
hati, empedu, sungai, dan hutan.
Di Bali:
pantai, gunung, tempat tidur dan pura,
telah dicemarkan.


Pejambon, 23 Juni 1977

Sumber: Potret Pembangunan dalam Puisi (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Pulau Bali" karya W.S. Rendra adalah sebuah kritik terhadap dampak pariwisata modern terhadap budaya dan alam Bali. Puisi ini menggambarkan bagaimana industri pariwisata mengubah Bali secara drastis, mempengaruhi kebudayaan tradisional dan lingkungan alamnya.

Tema Dominan Pariwisata: Puisi ini menyoroti tema dominasi industri pariwisata modern terhadap Bali. Penulis menyajikan pandangan bahwa Bali telah diubah menjadi obyek pariwisata utama, dengan segala aset budaya dan alamnya yang diromantiskan dan dikomersialisasikan untuk keuntungan ekonomi.

Kritik terhadap Komersialisasi: Penulis secara kritis menilai dampak komersialisasi pariwisata terhadap budaya Bali. Pariwisata mengakibatkan tradisi dan seni Bali di-ringkas dan diubah menjadi produk yang dijual kepada pelancong. Ini mengancam keberlangsungan budaya asli.

Kehilangan Identitas Budaya: Puisi ini merenungkan bahwa pariwisata telah mengakibatkan kehilangan identitas budaya Bali. Tarian, pahatan, dan ukiran yang semula memiliki makna dan nilai budaya sekarang hanya tampilan hiburan tanpa substansi budaya.

Kekuasaan Modal: Penulis menyoroti kekuasaan modal dan Bank Dunia dalam menggerakkan proyek-proyek besar di Bali. Proyek-proyek ini sering kali menguntungkan pengusaha besar dan mengorbankan masyarakat lokal.

Kehilangan Keseimbangan dengan Alam: Puisi ini juga menekankan bahwa pertumbuhan industri pariwisata telah mengakibatkan hilangnya keseimbangan dengan alam. Pantai, gunung, dan hutan di Bali telah dicemarkan oleh pembangunan yang tidak terkontrol.

Dampak Sosial: Penulis menyinggung dampak sosial perubahan ini dengan menggambarkan bagaimana wisatawan sering kali mengabaikan norma budaya setempat dan melihat masyarakat lokal sebagai objek eksotik.

Kritik Terhadap Peran Pemerintah: Puisi ini juga bisa dilihat sebagai kritik terhadap peran pemerintah yang mungkin lebih mendukung pertumbuhan pariwisata daripada menjaga keberlanjutan budaya dan alam.

Gaya Bahasa: W.S. Rendra menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran visual yang khas untuk menyampaikan pesannya. Ia menggunakan dialog yang menggambarkan sudut pandang para wisatawan dan menyisipkan perdebatan mereka untuk menghadirkan perspektif mereka.

Puisi "Sajak Pulau Bali" adalah bentuk protes sastra terhadap dampak negatif pariwisata modern terhadap budaya dan alam Bali. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya menjaga keberlanjutan budaya dan lingkungan alam dalam menghadapi tantangan globalisasi dan komersialisasi.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Sajak Pulau Bali
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.