Puisi: Ketika Menunggu Bis Kota, Malam-Malam (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Ketika Menunggu Bis Kota, Malam-Malam" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan momen kebingungan dan persepsi subjektif seseorang yang ....
Ketika Menunggu Bis Kota, Malam-Malam

    "Hus, itu bukan anjing; itu capung!" katanya. Tapi capung tak pernah terbang malam, bukan? Capung tak suka ke tempat sampah - biasanya ia hinggap di ujung daun rumput waktu pagi hari, dan kalau ada gadis kecil akan menangkapnya ia pun terbang ke balik pagar sambil mendengarkan suara "aahh!" Tubuhnya mungil, bukan? Sedangkan yang kulihat tadi jelas anjing kampung yang ekornya buntung, menjilat-jilat tempat sampah yang di seberang halte itu, mengelilinginya, lalu kencing di sudutnya. Hanya saja, aku memang tak melihat ke mana gaibnya.
    "Itu capung!" katanya. Sayang sekali bahwa kau merasa tak melihat apa pun di seberang sana tadi.

1975

Sumber: Horison (Mei, 1976)

Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Menunggu Bis Kota, Malam-Malam" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya sastra yang menggambarkan momen kebingungan dan persepsi subjektif seseorang yang sedang menunggu bis di halte pada malam hari.

Judul Puisi: Judul puisi ini mengindikasikan bahwa latar belakang cerita terjadi saat malam hari ketika seseorang menunggu bis kota di halte. Judul ini menciptakan ekspektasi tentang suasana malam yang mungkin memengaruhi perasaan atau persepsi karakter dalam puisi.

Konflik Persepsi: Puisi ini menciptakan konflik persepsi antara dua orang yang berbicara dalam puisi. Salah satu orang berpendapat bahwa yang dilihat adalah anjing kampung yang menjilat sampah, sementara yang lainnya bersikeras bahwa itu adalah capung. Ini menciptakan rasa bingung dan ketidakpastian yang bisa mencerminkan keraguan dalam mengartikan pengalaman.

Gambaran Visual: Puisi ini menggunakan gambaran visual yang kuat untuk menggambarkan apa yang dilihat oleh kedua orang dalam situasi tersebut. Deskripsi tentang ekor anjing yang buntung, tindakan menjilat sampah, dan tempat kencing anjing memberikan citra yang kuat tentang adegan di halte bus.

Pola Pikir dan Persepsi Subjektif: Puisi ini menggambarkan bagaimana persepsi subjektif dapat memengaruhi cara seseorang melihat dan memahami dunia di sekitarnya. Meskipun orang-orang ini berbagi pengalaman yang sama secara fisik, mereka memiliki pemahaman yang berbeda tentang pengalaman itu.

Gaib dan Misteri: Ada elemen gaib dan misteri dalam puisi ini ketika salah satu karakter menyatakan bahwa dia "tak melihat ke mana gaibnya." Hal ini menciptakan elemen ketidakpastian dan misteri dalam puisi, memungkinkan berbagai interpretasi tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Puisi "Ketika Menunggu Bis Kota, Malam-Malam" adalah sebuah karya yang menggambarkan konflik persepsi dan subjektivitas dalam mengartikan pengalaman. Melalui gambaran visual yang kuat, puisi ini menciptakan suasana malam yang misterius dan memengaruhi cara karakter dalam puisi melihat dunia di sekitarnya. Ini adalah contoh karya sastra yang mengundang pembaca untuk merenungkan tentang bagaimana persepsi subjektif dapat memengaruhi cara kita memahami realitas.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Ketika Menunggu Bis Kota, Malam-Malam
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.