Puisi: Taman di Tengah Pulau Karang (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Taman di Tengah Pulau Karang" karya Taufiq Ismail menghadirkan sebuah pemandangan alam yang kontras dengan lingkungan urban di tengah kota ....
Taman di Tengah Pulau Karang

Di tengah Manhattan menjelang musim gugur
Dalam kepungan rimba baja, pucuknya dalam awan
Engkau terlalu bersendiri dengan danau kecilmu
Dan perlahan melepas hijau daunan

Bebangku panjang dan hitam, lusuh dan retak
Seorang lelaki tua duduk menyebar
Remah roti. Sementara itu berkelepak
Burung-burung merpati

Di lingir Manhattan bergelegar pengorek karang
Merpati pun kaget beterbangan
Suara mekanik dan racun rimba baja
Menjajarkan pohon-pohon duka

Musim panas terengah melepas napas
Pepohonan meratapinya dengan geletar ranting
Orang tua itu berkemas dan tersaruk pergi
Badai pun memutar daunan dalam kerucut
Makin meninggi.

1963

Sumber: Sajak Ladang Jagung (1973)


Catatan:
Puisi "Taman di Tengah Pulau Karang" ini pernah dimuat di Horison edisi September, 1967, namun diberi judul "Central Park".

Analisis Puisi:
Puisi "Taman di Tengah Pulau Karang" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan gambaran visual dan emosi yang dalam. Dalam puisi ini, penyair menghadirkan sebuah pemandangan alam yang kontras dengan lingkungan urban di tengah kota besar, serta menggambarkan perubahan musim dan perasaan kesendirian.

Kontras Alam dan Urban: Puisi ini menampilkan kontras antara alam dan urban. Dengan lokasi yang terletak di tengah Manhattan, sebuah kota besar dan padat di Amerika Serikat, penyair memaparkan sebuah "taman di tengah pulau karang." Taman ini adalah sebuah oase alami di tengah hiruk-pikuk perkotaan. Kontras ini menggambarkan sebuah tempat yang unik dan menyegarkan di tengah keramaian kota besar, menciptakan perbandingan yang kuat antara alam dan peradaban modern.

Penggambaran Musim Gugur dan Musim Panas: Puisi ini juga memperlihatkan perubahan musim dari musim gugur ke musim panas. Penggantian musim ini terlihat dalam gambaran "pucuknya dalam awan" yang perlahan melepaskan "hijau daunan." Penggambaran perubahan ini dapat diartikan sebagai metafora bagi siklus kehidupan dan perubahan alam yang tak terelakkan.

Kesendirian dan Kehadiran Manusia: Gambaran "seorang lelaki tua duduk menyebar remah roti" dan "berkelepak burung-burung merpati" menghadirkan suasana kesendirian yang kontras dengan kebisingan kota besar. Lelaki tua ini tampak seperti mendapat tempat di tengah alam, jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Namun, dalam beberapa baris berikutnya, suasana alam yang damai terusik oleh kehadiran pengorek karang, mekanik, dan racun rimba baja. Ini menunjukkan bagaimana alam juga tidak terlepas dari campur tangan manusia yang dapat mengganggu kesucian dan harmoni alam.

Perubahan dan Keindahan Alam: Penggambaran pepohonan yang "meratapinya dengan geletar ranting" ketika musim panas berakhir menggambarkan perubahan musim yang dapat dirasakan oleh alam. Puisi ini menunjukkan betapa indahnya alam yang dapat mengalami transformasi dari satu musim ke musim lain, dan ini dihadirkan dalam metafora pepohonan yang meratap.

Dalam puisi "Taman di Tengah Pulau Karang," Taufiq Ismail berhasil menggambarkan kontras antara alam dan urban, serta perubahan musim dan keindahan alam. Puisi ini menunjukkan bagaimana alam dapat menjadi tempat pelarian dari keramaian kota besar, namun juga dapat terganggu oleh campur tangan manusia. Melalui gambaran-gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan antara manusia, alam, dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan sekitar.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Taman di Tengah Pulau Karang
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.