Analisis Puisi:
Puisi "Politisi Indonesia" karya Beni Setia menggambarkan pandangan kritis terhadap kondisi politik di Indonesia melalui metafora yang kuat.
Metafora Komputer sebagai Politisi: Penyair menggunakan metafora komputer untuk menggambarkan perilaku politisi di Indonesia. Komputer yang "ter-fragmentasi" dan "di-defragmentasi" menggambarkan keadaan politisi yang informasinya terpecah-pecah dan butuh diatur kembali agar berfungsi dengan baik. Hal ini mencerminkan kondisi politik yang seringkali kacau dan memerlukan upaya pembenahan.
Data dan Orientasi yang Terinfeksi Virus: Dalam metafora tersebut, penyair menyebutkan bahwa data politisi Indonesia "terinfeksi" oleh "1001 virus" yang membuat orientasi politiknya menjadi "error". Ini mencerminkan masalah korupsi, nepotisme, dan praktek politik yang tidak sehat yang melanda dunia politik Indonesia. Penyair menyoroti bahwa politisi cenderung terpengaruh oleh berbagai kepentingan dan tidak lagi melayani kepentingan rakyat.
Kritik terhadap Politisi dan Sistem Politik: Puisi ini merupakan kritik terhadap politisi dan sistem politik di Indonesia. Penyair menunjukkan bahwa politisi seringkali terfragmentasi dan terinfeksi oleh virus-virus kepentingan yang mengganggu, sehingga mereka kehilangan orientasi yang seharusnya melayani kepentingan rakyat. Penggunaan metafora komputer memberikan gambaran yang kuat tentang kerapuhan sistem politik dan kebutuhan akan pembenahan yang mendalam.
Puisi "Politisi Indonesia" karya Beni Setia merupakan karya yang mengkritisi kondisi politik di Indonesia dengan menggunakan metafora yang kuat dan gambaran yang jelas. Melalui pemilihan kata-kata yang tepat, penyair berhasil menyampaikan pesan tentang kondisi politik yang memerlukan perbaikan dan pembenahan yang mendalam. Puisi ini memicu refleksi tentang tanggung jawab politisi untuk melayani kepentingan rakyat dan memperbaiki sistem politik yang rapuh.
Biodata Beni Setia:
- Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.