Puisi: Dalam Dekap Angin Pantai (Karya Dimas Indiana Senja)

Puisi: Dalam Dekap Angin Pantai Karya: Dimas Indiana Senja
Dalam Dekap Angin Pantai


Yah. Dalam dekap angin pantai pagi itu. Saat matahari tiba-tiba muncul dari balik bukit di dadamu. Tempat bersemayam penantian dan kesetiaan. Tiba-tiba ombak menggulung, aku mendengar suara gedebur yang amat gemuruh dari hatimu. Sesekali kau memeluk kepalaku dan menyandarkannya tepat di dadamu, yang selalu mendetakkan degub jantung kita. Dan kau sesekali memberikan ciuman singkat di pelipis waktu.

Andai saja. Almanak masih berpihak pada kita, barangkali detik-detik yang kita lalui itu tak menjadi pertemuan kali terakhir. Seperti pintamu, bahwa kau akan mengajakku terbang bersama camar yang sedari tadi berlenggak-lenggok di pelataran langit hati kita.

Kemesraan ini janganlah cepat berlalu, katamu. Iya. Aku pun demikian sayang. Kekasih mana yang rela rindunya patah, menjadi butiran-butiran pasir yang memenuhi ingatan kita, tentang pertemuan kita di bus kota. Tentang hujan yang membasuh-basahkan hati kita. Tentang bunga mawar yang kuberi saat gerimis mengantar senja, dan rambut panjangmu basah karenanya, lalu kau mengajakku minum secangkir teh hangat di beranda waktu. Aih, tapi semua kini hanyalah kenangan masa silam. Yang terpendam entah di mana. Barangkali di pantai ini? Ah, aku tak tahu sayang.

Dalam dekap angin pantai, kita bercumbu di sebuah gubuk kecil yang kita susun dari kata-kata, dan kau menamainya puisi. Tapi ini lebih seperti pemberontakan kata-kata terhadap waktu yang ia jaga. Tapi kau selalu saja mengelak dari itu. Aku menjadi tak mengerti atas teka-teki ini, mengapa cinta kita harus begitu rahasia, hingga semesta tak boleh mengetahui? Tanyamu. Ah, aku tak mampu menjawabnya, biarlah gedebur ombak yang akan membawamu pada kepastian. Tentang airmata yang tak kunjung padam.


2012

"Dimas Indiana Senja"
Puisi: Dalam Dekap Angin Pantai
Karya: Dimas Indiana Senja
© Sepenuhnya. All rights reserved.