Puisi: Bayi Lahir Bulan Mei 1998 (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Bayi Lahir Bulan Mei 1998" karya Taufiq Ismail menggambarkan betapa seorang bayi yang baru lahir seketika sudah terbebani oleh berbagai ....
Bayi Lahir Bulan Mei 1998


Dengarkan itu ada bayi mengea di rumah tetangga
Suaranya keras, menangis berhiba‐hiba
Begitu lahir ditating tangan bidannya
Belum kering darah dan air ketubannya
Langsung dia memikul hutang di bahunya
Rupiah sepuluh juta.

Kalau dia jadi petani di desa
Dia akan mensubsidi harga beras orang kota
Kalau dia jadi orang kota
Dia akan mensubsidi bisnis pengusaha kaya
Kalau dia bayar pajak
Pajak itu mungkin jadi peluru runcing
Ke pangkal aortanya dibidikkan mendesing.
   
Cobalah nasihati bayi ini dengan penataran juga
Mulutmu belum selesai bicara
Kau pasti dikencinginya.


1998

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Bayi Lahir Bulan Mei 1998" karya Taufiq Ismail adalah suatu penyinggapan terhadap keadaan sosial-politik pada saat itu, khususnya peristiwa yang terjadi pada bulan Mei 1998 di Indonesia. Puisi ini menggambarkan betapa seorang bayi yang baru lahir seketika sudah terbebani oleh berbagai persoalan sosial dan politik yang ada.

Simbolisme Bayi yang Baru Lahir: Bayi yang baru lahir dalam puisi ini menjadi simbol ketidakberdayaan dan ketergantungan terhadap keadaan yang ada. Meskipun bayi tersebut masih sangat muda dan belum memiliki kesadaran, dia langsung "memikul hutang di bahunya" dengan nilai rupiah sepuluh juta. Hal ini mencerminkan kenyataan bahwa ketidakadilan dan tanggungan ekonomi yang ada di masyarakat juga berdampak pada generasi yang baru lahir.

Kritik terhadap Kondisi Sosial-Politik: Puisi ini mengkritik ketidakadilan ekonomi dan politik yang mengorbankan rakyat kecil. Penggambaran bahwa bayi tersebut akan mensubsidi harga beras bagi orang kota dan bisnis pengusaha kaya mencerminkan sistem yang merugikan kelompok yang lebih rentan, sementara menguntungkan mereka yang berkuasa dan memiliki modal.

Pajak dan Pemerintah: Puisi ini mengangkat isu pajak sebagai simbol penindasan pemerintah terhadap rakyat. Pajak yang dikenakan kepada bayi tersebut bisa menjadi beban yang berat di masa depan. Penggunaan "Pajak itu mungkin jadi peluru runcing / Ke pangkal aortanya dibidikkan mendesing" menggambarkan pajak sebagai alat yang bisa merugikan rakyat.

Penolakan terhadap Kondisi Sosial-Politik: 
Penyair mengekspresikan rasa ketidakpuasan dan penolakan terhadap kondisi sosial-politik yang ada. Pernyataan "Cobalah nasihati bayi ini dengan penataran juga / Mulutmu belum selesai bicara / Kau pasti dikencinginya" mengindikasikan bahwa kondisi yang ada tidak bisa diatasi hanya dengan kata-kata atau nasihat belaka.

Kaitan dengan Peristiwa 1998: Puisi ini bisa dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi pada bulan Mei 1998 di Indonesia, di mana terjadi kerusuhan sosial dan politik yang melibatkan demonstrasi, pembakaran, dan penjarahan. Puisi ini bisa saja merujuk pada situasi tersebut, menggambarkan betapa generasi baru harus mewarisi beban kondisi sosial-politik yang ada.

Puisi "Bayi Lahir Bulan Mei 1998" karya Taufiq Ismail adalah suara kritik dan keprihatinan terhadap kondisi sosial-politik yang merugikan rakyat kecil. Melalui gambaran bayi yang baru lahir, puisi ini menggambarkan betapa rakyat terjebak dalam sistem yang tidak adil dan menuntut kesadaran untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Puisi ini menjadi pengingat bahwa kondisi sosial-politik harus diperhatikan demi masa depan yang lebih adil.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Bayi Lahir Bulan Mei 1998
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.