Puisi: Nyanyian Duniawi (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Nyanyian Duniawi" karya W.S. Rendra menggambarkan keindahan kehidupan dan sensualitas dalam momen keintiman.
Nyanyian Duniawi


Ketika bulan tidur di kasur tua
gadis itu kucumbu di kebun mangga.
Hatinya liar dan birahi
lapar dahaga ia injak dengan kakinya.
Di dalam kemelaratan kami berjamahan.
Di dalam remang-remang dan baying-bayang
menderu gairah pemberontakan kami.
Dan gelaknya yang angkuh
membuat hatiku gembira.

Di dalam bayangan pohon-pohon
tubuhnya bercahaya
bagaikan kijang kencana.
Susunya belum selesai tumbuh
bagai buah setengah matang.
Bau tubuhnya murni
bagaikan bau rumputan.
Kudekap ia
bagai kudekap hidup dan matiku.
Dan nafasnya yang cepat
ia bisikkan ke telingaku.
Betapa ia kagum
pada bianglala
yang muncul dari mata terpejam.

Maka para leluhur yang purba
muncul dari pusat kegelapan
datang mendekat
dengan pakaian compang-camping
dan mereka berjongkok
menonton kami.


Sumber: Blues untuk Bonnie (1971)

Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Duniawi" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang merayakan sensualitas, hasrat, dan keindahan duniawi. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan momen sensual antara dua individu dan melibatkan unsur-unsur alam, keinginan, serta kegembiraan. Di bawah ini adalah analisis lebih mendalam tentang pesan dan makna dalam puisi ini:

Sensualitas dan Keindahan Duniawi: Puisi ini menekankan keindahan duniawi, sensualitas, dan hasrat manusia. Deskripsi gadis yang cantik dan tubuhnya yang memikat menciptakan gambaran keindahan alami yang dihargai dalam konteks hubungan antara manusia.

Kontras antara Duniawi dan Kehidupan: Puisi ini menggambarkan ketegangan antara duniawi dan kehidupan spiritual. Meskipun puisi ini merayakan sensualitas, ada juga elemen-elemen mistis dan keberadaan para leluhur purba yang menciptakan kontras dengan momen tersebut.

Gairah dan Kebangkitan: Puisi ini menggambarkan gairah dan kebangkitan dalam momen keintiman antara dua individu. Bahasa yang digunakan oleh penyair menciptakan suasana panas dan bersemangat, dengan deskripsi keindahan tubuh gadis yang menciptakan kegairahan.

Simbolisme: Beberapa elemen dalam puisi ini memiliki makna simbolis. Bulan yang tidur di kasur tua dapat diartikan sebagai momen yang intim dan pribadi, sementara kebun mangga mewakili keindahan alam. Bianglala yang muncul dari mata terpejam bisa menjadi simbol keajaiban dalam momen tersebut.

Pemberontakan dan Kemerdekaan: Ada elemen pemberontakan dalam puisi ini, terutama dalam frase "menderu gairah pemberontakan kami." Hal ini menciptakan hubungan antara sensualitas dan keinginan untuk merdeka dari konvensi sosial dan tekanan moral.

Penonton Keluarga Purba: Para leluhur purba yang datang menonton menciptakan elemen misteri dalam puisi ini. Mereka dapat diartikan sebagai penjaga tradisi dan nilai-nilai lama yang mengamati perubahan dalam budaya manusia.

Puisi "Nyanyian Duniawi" menggambarkan keindahan kehidupan dan sensualitas dalam momen keintiman. Ini adalah sebuah karya yang merayakan kehidupan duniawi tanpa mengecilkan makna kehidupan spiritual atau mistis. Puisi ini mengajak pembaca untuk mengeksplorasi makna sensualitas dan keindahan dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Nyanyian Duniawi
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.