Puisi: Pemandangan Senjakala (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Pemandangan Senjakala" bukan hanya sekadar karya sastra, melainkan juga bentuk protes dan refleksi mendalam terhadap kondisi sosial dan ...
Pemandangan Senjakala


Senja yang basah meredakan hutan yang terbakar.
Kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit kelabu tua.
Bau mesiu di udara. Bau mayat. Bau kotoran kuda.
Sekelompok anjing liar
memakan beratus ribu tubuh manusia
yang mati dan yang setengah mati.
Dan di antara kayu-kayu hutan yang hangus
genangan darah menjadi satu danau.
Luas dan tenang. Agak jingga merahnya.
Dua puluh malaikat turun dari sorga
menyucikan yang sedang sekarat
tapi di bumi mereka disergap kelelawar-kelelawar raksasa
yang selalu memperkosa mereka.
Angin yang sejuk bertiup sepoi-sepoi basah
menggerakkan rambut mayat-mayat
membuat lingkaran-lingkaran di permukaan danau darah
dan menggairahkan syahwat para malaikat dan kelelawar.
Ya, saudara-saudaraku,
aku tahu inilah pemandangan yang memuaskan hatimu
kerna begitu asyik kau telah menciptakannya.


Sumber: Blues untuk Bonnie (1971)

Analisis Puisi:
Puisi "Pemandangan Senjakala" karya W.S. Rendra menghadirkan gambaran yang kuat dan menggugah dalam menggambarkan pemandangan yang mengejutkan dan mencekam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan realitas kekejaman dan kehancuran yang mungkin terjadi di dunia ini.

Penggambaran Pemandangan yang Penuh Kengerian: Puisi ini dimulai dengan deskripsi senja yang basah meredakan hutan yang terbakar, memberikan nuansa kengerian dan kehancuran. Kelelawar-kelelawar raksasa, bau mesiu, bau mayat, dan anjing liar yang memakan tubuh manusia memberikan gambaran pemandangan yang menakutkan.

Simbolisme Kelelawar dan Anjing Liar: Kelelawar-kelelawar raksasa dan anjing liar dalam puisi ini mungkin dapat diartikan sebagai simbol kegelapan, kematian, dan kehancuran yang menghampiri manusia. Mereka mewakili ancaman dan kekejaman di tengah-tengah kehidupan.

Bau Mesiu dan Bau Mayat: Adanya bau mesiu dan bau mayat dalam puisi menggambarkan dampak dari perang atau kekerasan. Ini dapat menciptakan suasana keputusasaan dan kepedihan yang mencekam.

Gambaran Genangan Darah Menjadi Danau: Genangan darah yang menjadi danau menciptakan gambaran visual yang kuat dan memberikan kesan akan penderitaan dan pembantaian besar-besaran. Ini juga mungkin mencerminkan dosa dan kekejaman manusia terhadap sesamanya.

Malaikat yang Disergap oleh Kelelawar: Penggambaran malaikat yang disergap oleh kelelawar mengandung kontras antara kehormatan dan kesucian dengan kekejaman dan kegelapan. Hal ini dapat diartikan sebagai pertarungan antara kebaikan dan kejahatan.

Ekspresi Ironi dan Kritik Sosial: Penutup puisi yang menyatakan bahwa pemandangan tersebut "memuaskan hatimu, kerna begitu asyik kau telah menciptakannya" menyiratkan ironi dan kritik sosial. Rendra mungkin ingin menyoroti kecenderungan manusia untuk menciptakan kehancuran dan kekejaman.

Gaya Bahasa dan Pilihan Kata: Pemilihan kata-kata yang kuat dan gambaran visual yang intens menciptakan suasana yang mencekam dan mengundang pembaca untuk merenungkan kedalaman makna puisi. Gaya bahasa yang digunakan oleh Rendra memperkaya ekspresi puisi ini.

Puisi "Pemandangan Senjakala" bukan hanya sekadar karya sastra, melainkan juga bentuk protes dan refleksi mendalam terhadap kondisi sosial dan kemanusiaan. W.S. Rendra mampu menciptakan puisi yang menggugah dan memaksa pembaca untuk merenung tentang keadaan dunia yang penuh kekejaman dan kehancuran.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Pemandangan Senjakala
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.