Puisi: Anak Sumbawa (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Anak Sumbawa" karya Ajip Rosidi mencerminkan tema keinginan untuk meraih impian, nostalgia akan rumah, dan perjuangan hidup di kota besar.
Anak Sumbawa

Di Sumbawa Donggo punya kuda
di Jakarta Donggo beli sepeda
ia antar kota ke mimpinya, lampu jalanan jadi mati
ia bangunkan kota dari tidur lelapnya pagi-pagi.

cuma sepeda dan seperak di kantongnya
'lewatlah malam tiada mata memandang padaku
sedang di dadaku bertumbuhan gairah
lewatlah hari, kesepian merajalela, begitu.
mereka lalu di jalan kepu'

sumbawa punya kuda ayam bertelur padang rumput
berpacu ia vidi dan gadisgadis dipingit
ingin dilepas karena hati penuh madu
ingin didekap nyala neraka di darahnya

cuma sepeda di jakarta, kuda-kuda di sumbawa
donggo rindu la vidi kuda kesayangannya
mesra bunda mengelus kening si anak
bapak sakit, jakarta memisah kasih.

di Jakarta Donggo antar kota ke mimpinya
relung malamnya, Sumbawa di dadanya menyala.

Sumber: Cari Muatan (1959)

Analisis Puisi:
Puisi "Anak Sumbawa" karya Ajip Rosidi adalah kisah tentang seorang anak Sumbawa yang meninggalkan kampung halamannya untuk mencari kesuksesan di Jakarta. Puisi ini mencerminkan tema keinginan untuk meraih impian, nostalgia akan rumah, dan perjuangan hidup di kota besar.

Kontras antara Sumbawa dan Jakarta: Puisi ini membandingkan dua lingkungan yang berbeda, yakni Sumbawa dan Jakarta. Sumbawa digambarkan sebagai tempat yang memiliki kuda, padang rumput, dan kehidupan yang lebih sederhana. Jakarta, di sisi lain, adalah kota besar yang modern dengan lampu jalanan dan mobilitas yang tinggi. Kontras ini menggambarkan perubahan besar dalam kehidupan anak Sumbawa yang pindah ke Jakarta.

Impian dan Keinginan: Anak Sumbawa ini, yang disebut "Donggo," memiliki impian besar untuk meraih sukses di Jakarta. Dia menggunakan sepedanya sebagai sarana untuk mencapai tujuannya, dan ini mencerminkan tekadnya yang kuat. Puisi ini menggambarkan pentingnya memiliki impian dan tekad dalam mencapai tujuan hidup.

Rasa Nostalgia dan Kerinduan: Meskipun Donggo mencoba untuk meraih sukses di Jakarta, dia merasa kerinduan yang mendalam terhadap kampung halamannya, kuda-kuda di Sumbawa, dan kehangatan keluarganya. Ini mencerminkan tema kerinduan dan perasaan nostalgia terhadap akar dan rumah.

Perjuangan Hidup di Kota Besar: Puisi ini menggambarkan perjuangan Donggo di Jakarta. Dia menghadapi tantangan kesepian dan kesulitan hidup di kota besar, tetapi dia tidak pernah kehilangan semangat dan tekadnya.

Simbolisme Kuda: Kuda dalam puisi ini dapat dilihat sebagai simbol kebebasan, daya tahan, dan kekuatan. Mereka mewakili kehidupan yang lebih sederhana di Sumbawa yang ditinggalkan oleh Donggo.

Nada Akhir yang Penuh Emosi: Puisi ini mencapai puncak emosi ketika mengungkapkan bahwa bapak Donggo sakit, dan Jakarta memisahkan kasih. Ini menunjukkan bahwa meskipun Donggo mencari kesuksesan di Jakarta, dia masih memiliki cinta dan tanggung jawab kepada keluarganya di Sumbawa.

Secara keseluruhan, puisi "Anak Sumbawa" menggambarkan perjuangan seorang anak muda yang mencoba meraih impian dan sukses di kota besar, tetapi tetap menghadapi rasa nostalgia dan kerinduan terhadap kampung halamannya. Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang perubahan kehidupan dan perasaan seorang individu yang menjalani pengalaman serupa.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Anak Sumbawa
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.