Puisi: Bimbang (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Bimbang" karya Sanusi Pane menggambarkan kebingungan dan kerinduan seseorang terhadap tanah air dan kehidupannya.
Bimbang

Aku duduk dalam kesunyian jiwaku dan mencoba membunyikan lagu pada kecapi.
Ah, tiada suara yang keluar dan aku menundukkan kepala,
termenung akan tanah air mengeluarkan lagu yang tidak menyambung waktu silam.

Adinda datang dan berkata dengan suara penuh duka,
"Mengapa Tuan termenung saja, tidak membunyikan lagu penghibur hati?
Sudah lama cantingku berhenti, tidak sanggup melukis tenunanku,
karena engkau tidak kudengar membunyikan kecapi."

Aku mengangkat kepada dan memandang dia dengan mata murung caya.
"Aduh, Adinda, hatiku lemah mendengar suara yang tidak
sepadan dengan kehijauan tanah airku."

Sumber: Madah Kelana (1931)

Analisis Puisi:

Puisi "Bimbang" karya Sanusi Pane adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kebingungan dan kerinduan seseorang terhadap tanah air dan kehidupannya.

Kesunyian Jiwa dan Kerinduan: Puisi dimulai dengan gambaran kesunyian jiwa sang penyair, yang mencoba memainkan lagu pada kecapi, sebuah gambaran tentang upaya untuk mengekspresikan perasaan dan emosi. Kesunyian ini mencerminkan kehampaan dan kerinduan yang dirasakan oleh penyair terhadap sesuatu yang hilang.

Tanah Air dan Identitas: Penyair menggambarkan tanah air sebagai sumber lagu yang tidak pernah menyambung masa lalu. Hal ini mencerminkan kerinduan penyair terhadap tanah airnya yang hilang, serta kebingungannya akan ketidakcocokan antara masa lalu dan masa kini.

Dialog dengan Adinda: Penyair kemudian diajak berdialog oleh Adinda, yang bertanya mengapa penyair begitu termenung dan tidak memainkan lagu penghibur hati. Dialog ini menyoroti konflik batin penyair antara keinginan untuk mengekspresikan perasaan dan ketidakmampuan untuk melakukannya karena kerinduannya yang tidak terpenuhi.

Kecapi dan Canting: Kecapi dan canting dalam puisi ini merupakan metafora untuk ekspresi seni dan budaya. Kecapi melambangkan ekspresi musik, sementara canting melambangkan seni kriya dan tenunan. Kedua hal ini menggambarkan kehilangan dan kehampaan penyair terhadap karya seni dan budaya yang tidak lagi terwujud.

Kehijauan Tanah Air: Gambaran tentang kehijauan tanah air menciptakan citra keindahan alam dan kehidupan yang seimbang. Namun, penyair merasa bahwa suara yang ia dengar tidak lagi sepadan dengan keindahan tersebut, mencerminkan perasaannya yang terombang-ambing antara kerinduan dan kebingungan.

Dengan menggunakan gambaran alam dan dialog, Sanusi Pane berhasil menciptakan sebuah puisi yang menggambarkan kompleksitas perasaan dan identitas seseorang terhadap tanah air dan kehidupannya. Puisi "Bimbang" bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga refleksi tentang kerinduan dan kebingungan manusia dalam mencari jati diri dan makna hidupnya.

Sanusi Pane
Puisi: Bimbang
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.