Puisi: Pohon Perempuan (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Pohon Perempuan" karya Joko Pinurbo menggambarkan dunia yang kompleks dan sering kali tidak sepenuhnya bisa dimengerti oleh manusia.
Pohon Perempuan


Pohon perempuan itu masih berdiri anggun di tengah kota
walau sudah sangat tua umurnya.
Teman-temannya sudah tumbang dan roboh semua
tapi ia masih tegar di sana.

Aku ingin mencicipi sepasang buahnya yang indah
yang selalu tampak segar dan basah.
Tapi kata orang itu buah keramat
dan tak seorang pun boleh memetiknya.

Pohon keramat itu selalu ramai dikunjungi peziarah
yang datang untuk memohon berkah dan tuah.
Dan kata orang, hanya yang kudus dan bersih hidupnya
boleh ke sana. Sedang aku seorang pendosa
yang ketika lahir saja sudah tega menyiksa
dan melukai seorang wanita.

Tadi siang aku melihat
seorang tiran ditangkap,
ditelanjangi, diarak keliling kota
kemudian digantung di pohon itu
sampai melet lidahnya
dan mendelik matanya.
Sebelum nyawanya oncat
ia sempat mendengar
pohon perempuan itu berkata:
"Minumlah tetekku, hai anak durhaka."


1999

Analisis Puisi:
Puisi "Pohon Perempuan" karya Joko Pinurbo adalah karya sastra yang kaya makna dan mengandung berbagai elemen simbolis dan metaforis.

Simbolisme Pohon: Pohon perempuan dalam puisi ini adalah simbol yang kuat. Pohon tersebut mewakili banyak makna, salah satunya adalah simbol kehidupan dan kesuburan, yang ditempatkan di tengah kota yang sering kali penuh dengan kesibukan dan ketidakseimbangan. Ini menggambarkan bahwa kehidupan dan keberkahan alam semesta tetap hadir meskipun di tengah hiruk-pikuk perkotaan.

Buah Keramat: Buah pohon perempuan dianggap keramat dan dijaga dengan ketat. Buah tersebut mewakili elemen kesucian dan kesakralan. Menyentuh buah ini tampaknya hanya diperbolehkan bagi mereka yang dianggap suci. Ini mengeksplorasi konsep kesucian dan bagaimana kesucian seringkali menjadi persyaratan untuk mengakses sesuatu yang dianggap berharga.

Hubungan dengan Tindakan Kejam: Puisi ini menggambarkan tindakan kejam yang terjadi, di mana seorang tiran ditangkap, disiksa, dan digantung di pohon perempuan tersebut. Ini dapat diartikan sebagai penggambaran konflik dan penderitaan manusia, yang seringkali melibatkan kekerasan dan keadilan. Pohon tersebut menyatakan "Minumlah tetekku, hai anak durhaka" yang mungkin merupakan suatu bentuk kritik terhadap tindakan kejam yang dilakukan terhadap tiran tersebut.

Konflik Moral: Puisi ini juga menggambarkan konflik moral yang kompleks. Pembicara, yang merasa sebagai seorang pendosa, merenungkan kemungkinan untuk mencicipi buah pohon perempuan tersebut. Hal ini menciptakan perasaan ketidakpastian dan keingintahuan tentang aturan dan moralitas dalam kaitannya dengan kesucian dan hukuman.

Puisi "Pohon Perempuan" merupakan karya yang menghadirkan makna yang mendalam dan mengajak pembaca untuk merenungkan berbagai aspek kehidupan, kesucian, dan moralitas. Ini juga memberikan ruang bagi berbagai interpretasi dan pemahaman yang berbeda. Puisi ini memadukan simbolisme dan naratif dalam menggambarkan dunia yang kompleks dan sering kali tidak sepenuhnya bisa dimengerti oleh manusia.

Puisi Pohon Perempuan
Puisi: Pohon Perempuan
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.