Puisi: Proklamasi Generasi Si Toni, Tertua 30 Tahun (Karya Taufiq Ismail)

Puisi || Proklamasi Generasi Si Toni, Tertua 30 Tahun || Karya || Taufiq Ismail ||
Proklamasi Generasi Si Toni, Tertua 30 Tahun


(1) Di Depan Media Massa Cetak dan Elektronik Dunia


Atas nama rakyat empunya Indonesia
Yang berumur 30 tahun dan lebih muda
Dengan ini resmi kami bubarkan Republik Indonesia
Beserta seluruh perangkat pemerintahannya

Negeri ini menyatakan diri bangkrut secara keseluruhan
Yang patut dipertahankan dari A sampai Z tak ada lagi
Percuma kerja lama tambal-menambal dan sulam-sulaman
Kami tenun kini paradigma kain, kuat dan baru sama sekali

Dengan ini hutang yang dibuat generasi tua
Kami batalkan semua dan selama-lamanya
Para institusi dunia, kalian pasanglah telinga
Kami batalkan hutang semua dan selama-lamanya!

Kami jatuh sangat miskin tapi tinggi percaya dan harga diri
Dari koordinat nol bangsa ini mulai beringsut lagi
Tanpa mewariskan hutang pada anak cucu kami
Kerja keras menggarap sumber alam dari bumi sendiri

Seluruh jajaran aparat kenegaraan di atas umur tiga puluh
Sudah bersedia berdiri ke pinggir secara menyeluruh
Bangsa kini dipimpin oleh anak-anak muda yang sebenar bersih
Kami muncul lewat tahun-tahun pengalaman yang sangat pedih.


(2) Laporan Pandangan Mata Adegan Generasi Tua yang Memalukan


Penyerahan kekuasaan di lapangan Monas ibukota
Hadir bersimpuh di tanah seluruh petinggi penguasa
Mencucurkan air mata semua menyerah kepada yang muda
Akhirnya mereka mengaku tak mampu mengurus negara


Inilah adegan komikal sekali gus betapa mengharukan
Di lapangan luas seperti ribuan kambing menjelang Idul Adha
Gembala sapi gringo gaek berpuluh tahun sesak nafas kekenyangan
Kulit perut terbudur terjuntai membuat malu ikat pinggangnya
Beratus juta ditipu wajah-wajah terpelajar dan bahkan kebapakan
Kalau omong ababnya kosong, kosa kata berjuta-juta

Berpolitik penuh intrik, moordenaar ganas dalam pembantaian
Lihatlah semua cuci tangan tapi darah bepercikan di kemeja
Para peracik tuba pikiran dalam 1000 penataran
Seperti berisi kaidah ilmu tapi dalamnya sejari saja
Sejak muda sampai keriputan urusan duit lincah cekatan
Referensi suci mereka Uang Uang Dasar Empat Lima

Perencanaan dan visi mereka seperti tinggi penuh sofistikasi
Tapi implementasi di lapangan, kerja bandit Sicilia sejati
Ekstrim tengah duit-fungsi, menggergasi jadi fanatikus multi-fungsi
Bagai haus air lautan tak tertahan berwindu minum lagi minum lagi

Hasil bumi, tambang dan hutan daerah disedot pusat keserakahan
Semua pelaku di atas sana kecuali tanpa, kaya harta luar biasa
Super spesialis dalam penginjakan dan penekanan
Perubah sejarah penghapus nama sangat entengnya
Tukang ancam, pakar penyadapan, cekatan pelarangan
Ahli manipulasi semua laporan tertulis mata-mata

Tukang belah partai, peniup-niup isu, pemecah-mecah golongan
Pencencang demokrasi, penyulap total trias politika
Demikian ringan tak sungkan membagi kursi majelis dan dewan
Karena tak terbantah kursi-kursi itu sejak dulu milik nenek mereka
Sekali lima tahun menipu hitungan suara, kerja para penjahat kambuhan
Sangat terbiasa sehingga wajah mereka tampil tanpa dosa di layar kaca

Kini lihatlah mereka bertobat-sehabis-tobat mengakui ketidak-mampuan
Seraya mengembalikan seluruh rampasan harta benda
Hasil komisi, proyek, mark-up, upeti dan jarahan
Saksikan kini ditumpuk di  Monas setinggi Gunung Muria
Rakyat berdiri menonton berjuta-juta, mata mereka kelilipan
Bersimpuh, koor menangis menyerahkan Republik pada yang muda
Berlutut minta maaf kepada rakyat, bertobat nasuha kepada Tuhan
Ternyata tak kompeten berpuluh tahun mengurus ini negara.


(3) Konperensi Pers Bangsa yang Total Ambruk, Puing Berantakan


Membuat nama baru bangsa sedang kami pertimbangkan
Nama Indonesia ini ‘kan orang lain yang menetap-netapkan
Hal begini prinsip generasi tua itu tak pernah merenungkan
Nama sendiri pun tak punya, betapa sungguh memalukan

Istilah republik pun gantinya sedang kami pikirkan
30 tahun lebih feodalis-aristokratis melekat citra
Demokrasi dan kebebasan ekspresi cuma kata permainan
Belum ketemu nama yang pas bentuk baru ini negara

Kamilah bangsa termuda di permukaan dunia hari ini
Generasi tua total gagal, mereka rela kini berjongkok di tepi
Payah sangat kami membuat akhlak kembali berdiri
Dan mengembalikan hukum agar kukuh lagi membumi

Karena akhlak rusak hukum mana mungkin tegak
Karena hukum tak tegak keadilan mustahil dijalankan
Secara sengsara beban sebesar ini kami pikul di pundak
Saksikan inilah yang kepada kami mereka wariskan.


1998

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998)

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Proklamasi Generasi Si Toni, Tertua 30 Tahun
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.