Puisi: Si Toni Berdebat Mengenai Sistem Mengemis Antri (Karya Taufiq Ismail)

Puisi ini adalah sebuah kritik sosial yang tajam dan reflektif tentang sistem sosial dan politik. Dengan menggunakan dialog antara dua tokoh, ....
Si Toni Berdebat
Mengenai Sistem Mengemis
Antri 20.000 Kilometer atau
Tengkurap Digorok Upeti

Si Toni I berdiri di depan cermin merenungi identitas diri
Si Toni II berdiri di depan cermin merenungi identitas diri
Wajah peminjam dengan sikap jiwa peminta-minta
Wajah pengemis terdesak meminjam berapa saja
Atau gabungan sedikit banyak dari keduanya

Mereka, muda-muda, tak suka itu semuanya
Tapi cermin ini berterus-terang juga

Si Toni I tak percaya dengan cara yang lama
Setiap pinjaman bocor di jalan sepertiga
Daripada menambah kaya mereka yang bertengger di atap negara
Kini dia kerahkan orang-orang berjuta antri  
Dari Lapangan Monas ini menuju Nineteenth Street di Di-Si
Tempat  Ai-Em-Ef dan World Bank berkantor di dua sisi
Dua puluh ribu kilometer jaraknya dari sini
Dua ratus juta orang antri bersama jalan kaki
Menyeberang Pasifik sudah dibikinkan jembatannya
Kalau satu menit satu orang dilayani di loket sana
Tiga ratus delapan puluh tahun bisa selesai urusan semua
Bersih tanpa potongan pinjaman sampai ke kocek keluarga

Si Toni II tak setuju dengan cara kolosal radikal begini
Dua ratus juta orang bila sama-sama bergerak antri
Panjangnya itu satu seperempat keliling bumi
Bagaimana dengan logistik perjalanan begitu lama
Itu harus dipikirkan oleh 76 presiden Indonesia
Yang mati dan lahir di jalan sangat repot mengurusnya
Sudahlah tekan perasaan, tutup mata pada kebocoran
Berapa dulu ditilep, sepuluh persen?
Bisa jadi dua puluh, bahkan kalau diperas terus
Paksa saja rakyat tengkurap sampai tiga puluh
Picing mata tuliskan laporan yang tertutup transparan
Sangkal secara meyakinkan mana ada kebocoran
Sumbang yayasan-yayasan ini dan itu
Beri upeti semua yang dirasa perlu
Sebuah orde bisa berangkat, sebuah orde boleh mendarat
Tapi ‘kan birokrasi itu juga tetap masih jadi aparat
Jadi urusan yang identik sama masih jadi hakikat

Maka lihat si Toni I dan si Toni II tak habis berdebat
Alternatif satu dan alternatif dua pilih yang mana
Karena alot dan panasnya diskusi jadi mampat
Dan belum sampai juga pada kesimpulan bagaimana.

1998

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998)

Analisis Puisi:
Puisi ini adalah sebuah kritik sosial yang menggambarkan perdebatan antara dua tokoh, Si Toni I dan Si Toni II, mengenai sistem mengemis antri yang diusulkan oleh Si Toni I.

Struktur dan Gaya Bahasa

  1. Puisi ini terdiri dari dua bagian yang menampilkan argumen dari masing-masing tokoh, Si Toni I dan Si Toni II.
  2. Gaya bahasa yang digunakan cenderung lugas dan menggambarkan situasi dengan jelas.

Konflik Ideologi

  1. Puisi ini menciptakan sebuah konflik antara dua ideologi yang berbeda dalam mengatasi masalah sosial, yaitu kemiskinan dan sistem pinjaman.
  2. Si Toni I mewakili pendekatan radikal yang ingin merombak sistem secara total dengan memberdayakan orang banyak untuk menuntut hak mereka.
  3. Di sisi lain, Si Toni II mewakili pendekatan pragmatis yang lebih memilih memperbaiki sistem yang ada dengan mempertimbangkan kenyamanan dan stabilitas.

Kritik terhadap Sistem

  1. Puisi ini mengkritik sistem pinjaman dan pembayaran utang yang sering kali membebani rakyat kecil.
  2. Penggambaran antrian yang panjang sebagai metafora bagi sistem birokrasi yang lamban dan tidak efisien.

Tidak Ada Kesimpulan yang Pasti

  1. Puisi ini berakhir tanpa kesimpulan yang pasti, mencerminkan kompleksitas masalah sosial yang sulit untuk dipecahkan dengan mudah.
  2. Ketidaksepakatan antara dua tokoh mencerminkan ketidaksepakatan di masyarakat mengenai pendekatan terbaik untuk menangani masalah sosial.

Pesan Kritis dan Reflektif

  1. Puisi ini memberikan kesempatan bagi pembaca untuk merenungkan sistem sosial dan politik yang ada di sekitar mereka.
  2. Melalui perdebatan antara Si Toni I dan Si Toni II, pembaca diundang untuk mempertanyakan dan memikirkan kembali peran dan tanggung jawab pemerintah dalam memperbaiki kondisi sosial.
Puisi ini adalah sebuah kritik sosial yang tajam dan reflektif tentang sistem sosial dan politik. Dengan menggunakan dialog antara dua tokoh, puisi ini mengajak pembaca untuk mempertimbangkan berbagai sudut pandang dalam menanggapi masalah sosial yang kompleks.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Si Toni Berdebat Mengenai Sistem Mengemis Antri
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.