Puisi: Februari (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Februari" karya Goenawan Mohamad menggambarkan perasaan sepi, dingin, dan sunyi pada bulan Februari.
Februari

"Lewat, lewat," seseorang berkata sopan
kepada Waktu. Tapi dingin
menyetopnya, kota
menutup pintu.

Gedung-gedung masih mencoba
menyebutkan nama mereka
kepada gelap. Tapi sejak Jalan 108
tak ada lagi percakapan

Bulan sepucat margarin dan
tak bersuara.
Langit tak meleleh.
Rambu dan lampu
membentuk
deret huruf Mesir,
dan pada kilometer ke-enam
ada sinar terakhir,
mungkin terlontar
ke tengah selat:
cahaya yang sepelan
penari menirukan angsa.

"Lewat, lewat," seseorang berkata lagi
kepada Waktu.
Tapi laut menyedotnya dan
menit membiru.

Kekal pun singgah sebentar
dan kota
mendengarkan Ajal,
dari jauh,
seperti terompet pemburu...
  

Analisis Puisi:
Puisi "Februari" karya Goenawan Mohamad adalah karya sastra yang menggambarkan suasana dan perasaan pada bulan Februari.

Personifikasi Waktu: Puisi ini dimulai dengan personifikasi waktu. Waktu dianggap sebagai entitas yang dapat berbicara dan berinteraksi dengan manusia. Ini menciptakan kesan bahwa waktu memiliki kendali atas kejadian-kejadian dalam puisi ini.

Penutupan Kota: Puisi ini menggambarkan suasana Februari yang dingin dan sepi dengan mengatakan bahwa kota menutup pintunya. Ini menciptakan gambaran tentang kota yang hampir mati dan sunyi pada musim ini.

Gedung-Gedung yang Bisu: Puisi ini menciptakan gambaran gedung-gedung yang mencoba berbicara atau menampilkan identitas mereka, tetapi keadaan Februari yang dingin dan sunyi membuat mereka "tak bersuara." Ini menciptakan kesan kehampaan dan ketidakaktifan.

Gambaran Malam dan Bulan: Bulan digambarkan sebagai "sepucat margarin dan tak bersuara," menggambarkan kesan keheningan dan ketenangan. Gambaran malam yang dingin dan gelap menciptakan atmosfer yang tenang.

Deret Huruf Mesir: Puisi ini menggunakan gambaran rambu dan lampu yang membentuk "deret huruf Mesir." Ini mungkin mencerminkan kompleksitas dan kebingungan dalam kota pada bulan Februari.

Sinar Terakhir: Puisi ini menciptakan gambaran tentang sinar terakhir yang mungkin adalah matahari terbenam yang sangat redup. Ini menunjukkan bahwa Februari adalah bulan yang mendekati akhir musim dingin.

Laut dan Waktu yang Menyedot: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran laut yang menyedot waktu. Hal ini dapat diartikan sebagai representasi dari bagaimana waktu terus berlalu tanpa henti seperti air laut yang terus mengalir.

Ajal sebagai Pemburu: Puisi ini menyebutkan bahwa kota mendengarkan "Ajal" dari jauh, seperti terompet pemburu. Ini menciptakan kesan bahwa kematian atau akhir adalah bagian alami dari kehidupan dan Februari adalah bulan yang mengingatkan kita akan hal ini.

Secara keseluruhan, "Februari" adalah puisi yang menggambarkan perasaan sepi, dingin, dan sunyi pada bulan Februari. Puisi ini menggunakan gambaran alam dan objek-objek kota untuk menciptakan atmosfer yang melankolis dan menggambarkan bagaimana waktu terus berlalu tanpa henti.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Februari
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.