Puisi: Gelisahku (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Gelisahku" karya Mustofa Bisri menggambarkan gelisah dan kesedihan yang mendalam. Penyair dengan cerdas menyampaikan perasaannya, ...
Gelisahku


Gelisahku adalah gelisah purba
Adam yang harus pergi mengembara tanpa diberitahu
kapan akan kembali
Bukan sorga benar yang kusesali karena harus kutinggalkan
namun ngungunku mengapa kau tinggalkan
aku sendiri
Sesalku karena aku mengabaikan kasihmu yang agung
dan dalam kembaraku di mana kuperoleh lagi kasih
sepersejuta saja kasihmu
Jauh darimu semakin mendekatkanku kepadamu
cukup sekali, kekasih
Tak lagi,
tak lagi sejenak pun.
aku berpaling
biarlah gelisahku jadi dzikirku.


Jakarta, 2002

Sumber: Negeri Daging (2002)

Analisis Puisi:
Puisi "Gelisahku" karya Mustofa Bisri merangkai kata-kata dengan indah untuk menggambarkan gelisah dan kesedihan yang mendalam. Penyair dengan cerdas menyampaikan perasaannya, merentangkan perjalanan dari kesedihan menuju makna kehidupan yang lebih dalam.

Gelisah sebagai Perasaan Purba: Penyair memulai puisi dengan pernyataan bahwa gelisahnya adalah gelisah purba. Ini menciptakan kesan bahwa perasaan gelisah yang diungkapkan oleh penyair bukanlah pengalaman baru, tetapi telah ada sejak zaman dahulu. Gelisah menjadi tema yang universal, mencakup perjalanan manusia sepanjang waktu.

Adam yang Mengembara Tanpa Diberitahu: Dalam bait ini, penyair menggunakan metafora Adam yang harus pergi mengembara tanpa diberitahu kapan akan kembali. Adam di sini bisa diartikan sebagai manusia, dan pergi mengembara adalah bagian dari perjalanan hidup yang penuh ketidakpastian. Ini menciptakan nuansa perpisahan dan kehilangan yang mendalam.

Sorga yang Tertinggalkan dan Kesedihan Pribadi: Penyair mengekspresikan rasa sesalnya bukan karena meninggalkan surga yang benar, tetapi karena kehilangan yang lebih pribadi. Gelisahnya bertambah ketika menyadari bahwa dirinya harus meninggalkan seseorang yang dicintainya, dan pertanyaan yang mengemuka adalah mengapa dia ditinggalkan sendiri.

Sesal atas Pengabaian terhadap Kasih Agung: Penyair merasa sesal karena mengabaikan kasih yang agung, kemungkinan besar merujuk pada kasih Tuhan atau kasih sesama. Kesadaran akan pentingnya kasih ini muncul, terutama setelah penyair menemukan kasih dalam kembarannya. Perolehan sejuta kasih ini menciptakan kesedaran dan penyesalan atas pengabaian sebelumnya.

Jarak yang Membawa Kedekatan pada Tuhan: Penyair menyatakan bahwa jarak fisik dari orang yang dicintainya sebenarnya semakin mendekatkannya pada Tuhan. Ini menciptakan gambaran bahwa dalam kesunyian dan jarak, penyair menemukan kedekatan spiritual yang mendalam dengan Tuhan.

Pertobatan dan Keputusan untuk Berpaling: Penyair menyampaikan pertobatannya dengan menyatakan bahwa tak lagi, tak lagi sejenak pun dia berpaling. Ini menciptakan kesan kesungguhan dan tekad untuk tidak lagi mengabaikan kasih dan makna hidup. Berpaling dari kesedihan, penyair memilih menjadikan gelisah sebagai dzikirnya.

Gelisah sebagai Dzikir Hati: Puisi ditutup dengan pernyataan bahwa gelisah akan dijadikan dzikir. Ini menciptakan perubahan makna gelisah dari sesuatu yang menyedihkan menjadi alat untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Gelisah di sini bukan lagi sumber kesedihan, melainkan sumber refleksi dan pertobatan.

Bahasa yang Kaya dan Simbolisme yang Kuat: Penyair menggunakan bahasa yang kaya dan simbolisme yang kuat untuk menyampaikan perasaan gelisah dan perjalanan batinnya. Pilihan kata-kata seperti "gelisah purba," "dzikirku," dan "kasihmu yang agung" membawa kedalaman dan kekuatan ekspresi.

Puisi "Gelisahku" bukan sekadar puisi tentang kesedihan dan rasa kehilangan, tetapi juga tentang perjalanan spiritual dan pertobatan. Mustofa Bisri berhasil menggambarkan gelisah sebagai bagian dari perjalanan hidup yang dapat membawa manusia lebih dekat pada Tuhan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti gelisah dalam kehidupan dan potensinya sebagai sarana untuk meningkatkan spiritualitas dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Mustofa Bisri
Puisi: Gelisahku
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.