Puisi: Orang di Katedral (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Orang di Katedral" menonjolkan suara kesunyian, ketidakpastian hidup, dan refleksi spiritual dalam konteks kota yang sering kali riuh rendah.
Orang di Katedral

Burung-burung pun bermain
Di petak-petak suram dinding
Ketika ia melangkah, bermata basah
Dari alun sedingin khotbah.

Patung-patung pun sepi, pintu-pintu pun sepi
Terpampang di kota bising tengah hari:
- Adakah jarak begitu jauh
Antara terik jalan dan jubahku lusuh?

Tuhan, ini kali bukan berita lagi:
Semadi-semadi panjang dinihari
Kepada Roma yang tak kalah
Kepada Jakarta yang gelisah.

1961

Analisis Puisi:
Puisi "Orang di Katedral" karya Goenawan Mohamad merangkum suara kesunyian dan ketidakpastian yang melekat dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks spiritual dan penuh refleksi.

Simbolisme Katedral: Katedral menjadi simbol tempat suci dan spiritualitas. Penggunaan katedral sebagai latar memberikan dimensi religius yang mendalam pada puisi. Katedral sering dianggap sebagai tempat untuk merenung dan mencari kehadiran Ilahi.

Suara Kesunyian: Penggambaran burung-burung yang bermain dan patung-patung yang sepi memberikan atmosfer kesunyian. Suara-suara ini menciptakan kontras dengan keramaian kota dan menyoroti ketenangan yang dapat ditemukan dalam keheningan tempat ibadah.

Mata Basah dari Alun: Ekspresi "bermata basah dari alun" menciptakan gambaran visual dan emosional. Mata yang basah dapat mengindikasikan kesedihan, introspeksi, atau hubungan emosional dengan tempat tersebut.

Pertanyaan tentang Jarak dan Lusuhnya Jubah: Pertanyaan retoris tentang jarak antara terik jalan dan keadaan jubah yang lusuh memberikan refleksi terhadap perasaan kebingungan dan ketidakpastian hidup. Puisi merenungkan apakah perjalanan spiritual sebanding dengan perjalanan fisik yang sulit.

Kontemplasi Pribadi dan Perbandingan Antar Kota: Puisi mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan semadi (kontemplasi) yang panjang di tengah kesunyian dini hari. Perbandingan dengan Roma dan Jakarta menciptakan kontras antara tempat-tempat dengan karakter yang berbeda.

Situasi Spiritual dan Sosial: Puisi meretas garis antara situasi spiritual dan sosial. Meskipun berada di katedral, subjek puisi tetap berhubungan dengan realitas Jakarta yang gelisah dan membawa ketidakpastian hidupnya ke dalam konteks spiritual.

Ketidakpastian Hidup: Ketidakpastian hidup tercermin dalam pertanyaan retoris dan ketidakjelasan situasi. Puisi merangkum suasana hati yang tidak pasti dan perasaan kebingungan di tengah kompleksitas keseharian.

Puisi "Orang di Katedral" menonjolkan suara kesunyian, ketidakpastian hidup, dan refleksi spiritual dalam konteks kota yang sering kali riuh rendah. Goenawan Mohamad dengan indahnya mengeksplorasi hubungan antara individu, kota, dan spiritualitas, mempersembahkan puisi yang mendalam dan penuh makna.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Orang di Katedral
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.