Puisi: Sajak buat Arti (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Sajak buat Arti" karya Goenawan Mohamad mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan hidup, keberanian menghadapi perubahan, dan ...
Sajak buat Arti

Semalam cemara laut
membaca peta pada pasir
dan beratus buih menyebut
entah siapa, seorang pasasir.

Paginya kapal-kapal siap
menyembunyikan tiang menggigil
pilihan-pilihan yang tak lengkap
dalam musim dan bintang labil.

Demikian itulah bermula
sebuah klise:
Seorang anak, yang berkata,
"Aku pergi ke sebuah sore."

Dan seperti semestinya
ia ke dermaga
dengan pantalon katun tua
meninggalkan ibunya.

"Kudengar, Ibu, layar beringsut
Kudengar garam berdesir
Kudengar palka menyusut
Kudengar hujan mengusir"

Adakah ia gentar?
Siapakah yang gentar?
Ibu itu tak hendak melambai
hanya tangisnya menatap lantai.

"Lihat, Bu, bayang-bayang
Lihatlah aku.
Sesuatu yang menghilang
ketika senja sampai ke pintu."

Esoknya tak tiba surat
karena ibu adalah menunggu
Kamar menatap. Cahaya berat.
Sebuah lampu. Sice tanpa tamu.

Cuma terdengar cemara laut
membaca cerita pada pasir
dan pantai yang melangut
melepaskan seorang pasasir.

Sumber: Horison (Februari, 1986)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak buat Arti" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah karya sastra yang sarat dengan makna dan imaji yang mendalam. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan gambaran yang kuat, Goenawan Mohamad mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan hidup, keberanian menghadapi perubahan, dan kerinduan akan makna.

Imaji Alam dan Kelautan: Puisi ini dimulai dengan gambaran cemara laut yang membaca peta pada pasir dan buih yang menyebut entah siapa. Imaji alam dan kelautan menciptakan suasana yang misterius dan penuh dengan simbolisme, memperkenalkan tema-tema tentang arah hidup dan pencarian makna.

Pilihan dan Musim Bintang Labil: Penyair menggambarkan kapal-kapal yang menyembunyikan tiang mereka, menciptakan gambaran tentang pilihan-pilihan yang tidak lengkap dalam musim dan bintang yang labil. Ini mungkin merujuk pada ketidakpastian dalam hidup dan tantangan dalam membuat keputusan.

Perjalanan Menuju Sore: Puisi mengeksplorasi tema perjalanan, baik fisik maupun emosional. Anak yang berkata, "Aku pergi ke sebuah sore," menunjukkan keberanian dan tekad untuk menghadapi perubahan, sambil meninggalkan ibunya dan merantau ke dermaga.

Dialog dan Rindu Ibu: Pertukaran dialog antara anak dan ibu menggambarkan rasa cemas dan harapan. Anak mencoba memberikan gambaran tentang perjalanannya, sementara ibu, yang menahan rasa cemas, hanya dapat menangis dan menatap lantai. Ini menciptakan nuansa rindu dan perpisahan yang mengharukan.

Kepergian dan Harapan yang Terhempas: Harapan terhempas ketika esoknya tidak tiba surat. Ibu menunggu sambil menatap kamar yang penuh harapan, tetapi hanya ada lampu yang berat dan Sice tanpa tamu. Ini menciptakan atmosfer kesedihan dan kekecewaan atas hilangnya harapan.

Penutup dengan Cemara Laut dan Pasasir: Puisi ditutup dengan gambaran cemara laut yang kembali membaca cerita pada pasir, dan pantai yang melangut, melepaskan seorang pasasir. Ini mungkin merujuk pada siklus kehidupan, perubahan, dan pencarian makna yang tak pernah berakhir.

Puisi "Sajak buat Arti" adalah puisi yang mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan hidup, perubahan, dan arti keberanian dalam menghadapi tantangan. Melalui gambaran alam, hubungan antara anak dan ibu, serta kepergian dan kehilangan harapan, Goenawan Mohamad membangun suatu karya yang memprovokasi pemikiran dan emosi pembaca.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Sajak buat Arti
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.