Puisi: Di Malioboro (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Di Malioboro" karya Acep Zamzam Noor menggambarkan pertemuan dua orang di Malioboro yang dipenuhi dengan nostalgia, ingatan, dan rasa ...
Di Malioboro


Di antara kereta yang beranjak ke timur
Serta jerit peluit yang masih tersisa di telinga
Udara seperti bergetar meski hujan telah lama reda
Kita berjalan ke luar meninggalkan deretan bangku itu
Dan segera nampak aspal yang mengkilat, trotoar yang bersih
Juga bentangan rel yang ujungnya menghilang ditelan gelap
Kau sedikit sempoyongan menghirup candu kata-kataku
Sedang wajahku membiru oleh kalimat-kalimat tanggung
Dari cerita pendek yang tak kunjung kauselesaikan

Di sebuah warung segalanya menjadi lebih terbuka
Seperti majalah lama. Aku mengingat kembali namamu
Mencatat alamatmu, menghitung tahi lalatmu dan membaca
Isyaratmu. Gambar kupu-kupu hijau di atas payudaramu
Membuatku paham bahwa kau memang keturunan peri
Bahwa parasmu cantik sekali. Mungkin pelipismu tak serata
Jembatan yang menyatukan patahan garis di lengkung alis mata
Namun rambutmu yang segimbal musim hujan, serimbun ucapan
Telah membuat napasku menjadi begitu tidak keruan

Kau menciumku seperti gempa bumi yang pelan dan sopan
Lalu aku membalas ciumanmu layaknya tanah kerontang
Yang diberkati hujan. Rasa tembaga kucecap dari bibirmu
Seperti asin darah yang bercampur dengan buih-buih ludah
Aku menelan semuanya bagaikan menelan setiap peristiwa
Dalam kehidupan. Tapi di sebuah warung yang terbuka
Di majalah lama yang mulai sobek halaman-halamannya
Ceritamu menjadi terlampau pendek untuk sebuah kisah cinta
Yang panjang. Untuk sebuah kota yang selalu digenangi kesedihan


2006

Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Malioboro" karya Acep Zamzam Noor menciptakan suasana nostalgia dan kepedihan yang tersembunyi di balik suatu tempat atau kejadian yang telah terjadi di Malioboro. Pembaca dihadapkan pada hubungan antara dua orang di suatu tempat yang bernostalgia dan berakhir dengan kekecewaan.

Gambaran Lokasi: Puisi dibuka dengan gambaran Malioboro, sebuah tempat yang penuh dengan keramaian, perjalanan kereta api, dan aktivitas sehari-hari. Deskripsi ini memberikan latar belakang yang hidup dan memperkuat suasana dan emosi di puisi.

Nostalgia dan Ingatan: Penyair menggambarkan pertemuan dua orang di Malioboro yang dipenuhi dengan nostalgia, ingatan, dan rasa penasaran. Catatan kecil seperti nama, alamat, dan detail-detail kecil dari seseorang menjadi bagian dari kenangan.

Perasaan dan Kesedihan: Ada nuansa kekecewaan dalam puisi, di mana harapan cinta yang panjang dan kuat ternyata hanya menjadi cerita pendek dalam "majalah lama yang mulai sobek". Perasaan ini tercermin melalui metafora tentang ciuman yang terasa asin dan campuran darah.

Kekecewaan pada Kota: Penyair mengekspresikan kekecewaan terhadap tempat atau kota itu sendiri yang, meskipun memiliki daya tarik dan nostalgia, seolah menjadi pengingat kepedihan dan kekurangan cinta yang diharapkan.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini diakhiri dengan kenyataan bahwa cerita cinta mereka terlalu pendek untuk "sebuah kisah cinta yang panjang". Hal ini menghadirkan kesan bahwa hubungan tersebut hanyalah sepotong cerita dalam lingkungan yang penuh dengan keramaian dan nostalgia.

Puisi "Di Malioboro" adalah gambaran nostalgia dan kekecewaan pada sesuatu yang tampaknya menjanjikan namun hanya menyisakan kekecewaan. Ini adalah penggambaran kehidupan dan harapan yang hancur dalam keadaan penuh rindu di sebuah tempat yang penuh dengan kenangan. Penyair memadukan penggambaran tempat dengan emosi yang kuat untuk membentuk suasana nostalgia yang kuat.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Di Malioboro
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.