Puisi: Sorga (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Sorga" karya Chairil Anwar adalah karya sastra yang penuh dengan refleksi dan pertanyaan tentang kehidupan, kepercayaan, dan ekspektasi ....
Sorga
Kepada Basuki Resobowo


Seperti ibu + nenekku juga
tambah tujuh keturunan yang lalu
aku minta pula supaya sampai di sorga
yang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai susu
dan bertabur bidari beribu

Tapi ada suara menimbang dalam diriku,
nekat mencemooh: Bisakah kiranya
berkering dari kuyup laut biru,
gamitan dari tiap pelabuhan gimana?
Lagi siapa bisa mengatakan pasti
di situ memang ada bidari
suaranya berat menelan seperti Nina, punya kerlingnya Jati?


1947

Sumber: Deru Campur Debu (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Sorga" karya Chairil Anwar adalah karya sastra yang penuh dengan refleksi dan pertanyaan tentang kehidupan, kepercayaan, dan ekspektasi terhadap akhirat. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun mendalam, penyair merangkai kata-kata untuk meresapi makna kehidupan dan eksistensi manusia.

Tema Kepercayaan dan Ekspektasi Surga: Puisi ini berbicara tentang kepercayaan dan ekspektasi seseorang terhadap kehidupan setelah mati, yaitu surga. Penyair merenungkan kemungkinan mencapai surga, sebuah tempat yang diharapkan penuh dengan kebahagiaan dan keindahan. Penggambaran "bersungai susu" dan "bertabur bidari beribu" menciptakan citra visual tentang sorga yang diharapkan oleh beberapa keyakinan agama.

Pertentangan dan Pernyataan Keraguan: Namun, di tengah penggambaran indah tentang surga, terdapat pertentangan dan pernyataan keraguan dalam pikiran penyair. Ia merasa pertentangan dalam dirinya tentang apakah ia layak mencapai surga atau tidak. Suara dalam dirinya "mencemooh" dan mencoba mempertanyakan apakah ia benar-benar bisa mencapai sorga.

Kerlingan Realitas dan Keraguan: Kata-kata terakhir puisi ini menciptakan suatu ketidakpastian dan keraguan. Penyair merenungkan apakah sorga yang dijanjikan itu benar-benar nyata. Ia merasa ragu apakah sorga sesuai dengan gambaran yang diimajinasikannya ataukah hanya sebuah ilusi semata. Referensi terhadap sosok "Nina" dan "Jati" mungkin mencerminkan kerlingan realitas dan wacana yang tidak pasti.

Puisi "Sorga" menggambarkan refleksi mendalam tentang ekspektasi manusia terhadap kehidupan setelah kematian. Penyair merenungkan pertentangan antara harapan akan sorga yang indah dengan keraguan dalam diri. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas keyakinan, harapan, dan pertanyaan eksistensial yang mungkin muncul dalam pikiran manusia saat berbicara tentang akhirat.

Chairil Anwar
Puisi: Sorga
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.