Puisi: Di Salon Kecantikan (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Di Salon Kecantikan" karya Joko Pinurbo mengajak pembaca untuk merenungkan arti sejati dari kecantikan dan menemukan kekuatan dalam ...
Di Salon Kecantikan

Ia duduk seharian di salon kecantikan.
Melancong ke negeri-negeri jauh di balik cermin.
Menyusuri langit putih biru jingga
dan selalu pada akhirnya: terjebak di cakrawala.

"Sekali ini aku tak mau diganggu.
Waktu seluruhnya untuk kesendirianku."

Senja semakin senja.
Jarinya meraba kerut di pelupuk mata.
Tahu bahwa kecantikan hanya perjalanan sekejap
yang ingin diulur-ulur terus
namun toh luput juga.
Karena itu ia ingin mengatakan:
"Mata, kau bukan lagi bulan binal
yang menyimpan birahi dan misteri."

Ia pejamkan matanya sedetik
dan cukuplah ia mengerti
bahwa gairah dan gelora
harus ia serahkan kepada usia.

Toh ia ingin tegar bertahan
dari ancaman memori dan melankoli.
Ia seorang pemberani
di tengah kecamuk sepi.

Angin itu sayup.
Gerimis itu lembut.
Ia memandang dan dipandang
wajah di balik kaca.
Ia dijaring dan menjaring
dunia di seberang sana.
Hatinya tertawan di simpang jalan
menuju fantasi atau realita.

Mengapa harus menyesal?
Mengapa takut tak kekal?
Apa beda selamat jalan dan selamat tinggal?
Kecantikan dan kematian bagai saudara kembar
yang pura-pura tak saling mengenal.

"Aku cantik.
Aku ingin tetap mempesona.
Bahkan jika ia yang di dalam cermin
merasa tua dan sia-sia."

Yang di dalam kaca tersenyum simpul
dan menunduk malu
melihat wajah yang diobrak-abrik tata-warna.
Alisnya ia tebalkan dengan impian.
Rambutnya ia hitamkan dengan kenangan.
Dan ia ingin mengatakan:
"Rambut, kau bukan lagi padang rumput
yang dikagumi para pemburu."

Kini ia sampai di negeri yang paling ia kangeni.
"Aku mau singgah di rumah yang terang benderang.
Yang dindingnya adalah kaki langit.
Yang terpencil terkucil di seberang ingatan.
Aku mau menengok bunga merah
yang menjulur liar
di sudut kamar."

Ada saatnya ia was-was
kalau yang di dalam cermin memalingkan muka
karena bosan, karena tak betah lagi berlama-lama
menjadi bayangannya
lalu melengos ke arah tiada.

Lagu itu lirih.
Suara itu letih.
Di ujung kecantikan jarum jam
mulai mengukur irama jantungnya.

"Aku minta sedikit waktu lagi
buat tamasya ke dalam cemas.
Malam sudah hendak menjemputku
di depan pintu."

Keningnya ia rapatkan pada kaca.
Pandangnya ia lekatkan pada cahaya.
Ia menatap. Ia melihat pada bola matanya
segerombolan pemburu beriringan pulang
membawa bangkai singa.

Senja semakin senja.
Kupu-kupu putih hinggap di pucuk payudara.
Tangannya meremas kenyal yang surut
dari sintal dada.
Dan ia ingin mengatakan:
"Dada, kau bukan lagi pegunungan indah
yang dijelajahi para pendaki."

Ia mulai tabah kini
justru di saat cermin hendak merebut
dan mengurung tubuhnya.
"Serahkan. Kau akan kurangkum,
kukuasai seluruhnya."

Ia ingin masih cantik
di saat langit di dalam cermin berangsur luruh.
Hatinya semakin dekat
kepada yang jauh.

1995

Sumber: Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Salon Kecantikan" karya Joko Pinurbo adalah sebuah perenungan mendalam tentang kecantikan, penuaan, dan perjalanan hidup. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang konsep kecantikan, masa lalu, dan penerimaan diri.

Perjalanan Kecantikan: Puisi ini menggambarkan seorang wanita yang menghabiskan waktu di salon kecantikan, tempat di mana dia merenungkan tentang kecantikan dan penuaan. Dia merasa nostalgia dan perubahan dalam dirinya, yang tercermin dalam refleksi tentang cermin dan proses makeover di salon. Penggunaan imaji seperti "jarum jam" yang mengukur irama jantungnya menunjukkan kesadaran akan berlalunya waktu dan perubahan yang tak terelakkan.

Perasaan Bersyukur dan Penerimaan: Meskipun menyadari penuaan dan perubahan dalam penampilannya, wanita ini menunjukkan sikap bersyukur dan penerimaan terhadap dirinya sendiri. Dia mencoba untuk tabah di tengah ancaman memori dan melankoli, menerima kenyataan bahwa kecantikan adalah perjalanan yang sementara dan harus diterima dengan lapang dada. Dia menemukan kekuatan dalam penerimaan diri dan menerima kenyataan bahwa kecantikan tidak selamanya berhubungan dengan penampilan fisik.

Penegasan Identitas: Puisi ini juga menyoroti pentingnya identitas dan keunikan seseorang di tengah tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang diberlakukan oleh masyarakat. Wanita dalam puisi ini menolak untuk menjadi hanya bayangan dari citra ideal kecantikan yang ditampilkan di cermin salon. Dia menegaskan identitasnya sendiri dan menolak untuk direduksi menjadi sekadar penampilan fisik belaka.

Perubahan dan Kehidupan: "Pemandangan senja semakin senja" mencerminkan perubahan yang tak terelakkan dalam kehidupan, seperti halnya proses penuaan yang dialami oleh wanita dalam puisi ini. Meskipun demikian, dia menemukan keindahan dan kekuatan dalam penerimaan diri dan menyadari bahwa kecantikan sejati tidak hanya berada di permukaan, tetapi juga dalam hati dan jiwa seseorang.

Puisi "Di Salon Kecantikan" karya Joko Pinurbo adalah sebuah perenungan mendalam tentang kecantikan, penuaan, dan penerimaan diri. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sejati dari kecantikan dan menemukan kekuatan dalam penerimaan diri.

Puisi: Di Salon Kecantikan
Puisi: Di Salon Kecantikan
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.