Puisi: Kapan Lagi (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Kapan Lagi" karya Joko Pinurbo menghadirkan narasi sederhana tentang kesederhanaan hidup dan makna kebahagiaan.
Kapan Lagi

Kapan lagi kau bisa duduk manis di bawah
pohon cemara, mendengarkan beberapa ekor puisi
berkicau di ranting-rantingnya, membiarkan
bulan mungil jatuh dan memantul-mantul
di atas kepalamu, meredakan gemuruh tubuhmu.

Hidup yang longgar ini kadang terasa sumpek juga.
Baju yang sebelumnya waras-waras saja
mendadak terasa sesak di bagian ketiak.
Celana yang sampai kemarin nyaman-nyaman saja
tiba-tiba terasa melintir di bagian paha.
Tadi malam kau pulang dari salon dengan gembira,
sekarang kau malu dengan potongan rambutmu.

Seharian kau gelisah melulu, ingin mengganti ini
mengganti itu, sementara daftar janji yang ingin
kau penuhi bertambah panjang saja. Janji mencabuti
rumput di makam nenek. Janji membelikan ayah
selembar sarung sutera. Janji minta maaf
kepada pohon mangga yang sering kau curi buahnya.
Janji tidak marah dan mengucapkan anjing
kepada pendengki yang memanggilmu asu.
Janji menolong teman yang sedang sedih dan lesu.
Janji berterima kasih kepada tukang sampahmu.

Duduklah dengan tenang di atas batu yang kelak
akan jadi batu nisanmu. Duduklah sambil
membaca Pramoedya: "Hidup sungguh sangat
sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya."

2016

Sumber: Buku Latihan Tidur (2017)

Analisis Puisi:
Puisi "Kapan Lagi" karya Joko Pinurbo menghadirkan narasi sederhana tentang kesederhanaan hidup dan makna kebahagiaan. Dengan bahasa yang jelas dan gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti hidup dan menikmati momen kecil.

Gambaran Hidup yang Sederhana: Puisi ini menghadirkan gambaran tentang hidup yang sederhana dan perasaan bahagia yang bisa ditemukan dalam momen-momen kecil. Puisi ini menekankan pentingnya merenung dan menikmati momen saat duduk di bawah pohon cemara, mendengarkan suara alam, dan membiarkan bulan bersinar. Hidup yang sederhana ini kontras dengan kegelisahan dan kebingungan yang mungkin dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Kecemasan dan Kebingungan: Puisi menggambarkan perasaan cemas dan bingung yang bisa muncul dalam hidup yang dianggap "longgar" atau kurang terstruktur. Pembaca merasakan kegelisahan sang penyair tentang berbagai perubahan kecil dalam hidupnya, seperti potongan rambut yang baru atau penyesalan terhadap janji yang belum ditepati.

Merenung dan Menerima Kesederhanaan: Meskipun ada kecemasan, puisi ini mengajak untuk merenung dan menerima kehidupan yang sederhana. Pesan dari Pramoedya yang disebutkan pada akhir puisi menyatakan bahwa kehidupan sebenarnya sederhana, dan hal yang "hebat-hebat" adalah tafsiran manusia terhadapnya.

Penggunaan Bahasa yang Sederhana: Joko Pinurbo menggunakan bahasa yang sederhana, tetapi kuat, untuk mengomunikasikan pesannya. Bahasa yang mudah dipahami membuat puisi ini dapat diidentifikasi oleh banyak pembaca dan mengkomunikasikan maknanya dengan jelas.

Refleksi Hidup: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup dan menikmati momen kecil. Sebagian besar orang sering terjebak dalam rutinitas dan kecemasan, dan puisi ini mengingatkan kita tentang pentingnya merenung dan menghargai hal-hal sederhana dalam hidup.

Puisi "Kapan Lagi" karya Joko Pinurbo adalah ungkapan perasaan tentang kecemasan dan kebingungan dalam hidup, sekaligus sebuah ajakan untuk merenung dan menikmati momen-momen sederhana. Ini adalah sebuah pesan yang menyentuh mengenai arti hidup dan kebahagiaan yang dapat ditemukan dalam momen-momen kecil dan kesederhanaan.

Puisi Kapan Lagi
Puisi: Kapan Lagi
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.