Puisi: Malam Pertama (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Malam Pertama" karya Joko Pinurbo menggambarkan pengalaman pribadi dan refleksi penutur puisi dalam konteks malam pertama tidur bersama .....
Malam Pertama


Malam pertama tidur bersamamu, aku
terkenang saat-saat manis bersama ibuku
ketika dengan lembut dan jenaka ia mengajariku
mandi dan memakai celana hingga kurasakan
sentuhan ajaib tangan-tangan cinta
tanpa bisa kuucapkan terima kasih padanya
selain tersenyum dan tertawa.

Lalu ibu menjebloskanku ke sekolah.
Bertahun-tahun aku belajar bahasa yang baik
dan benar hanya untuk mengucapkan
cinta monyet dengan lugu dan malu-malu
tanpa menyadari bahayanya. Setelah dewasa
aku paham bagaimana menyatakan cinta
tanpa harus mengatakannya.

Kini aku harus menidurimu. Tubuhmu
pelan-pelan terbuka dan merebakkan bau masam
dari ketiakmu. Aku gugup. Tapi tak mungkin
kupanggil almarhumah ibuku untuk mengajariku
membaca halaman-halaman tubuhmu sebagaimana
dulu dengan tekun dan sabar ia mengajariku
membaca kalimat-kalimat sederhana:
ini ibu budi; budi minum susu; ini susu ibu.

Malam pertama tidur bersamamu, buku, kulacak lagi
paragraf-paragraf cinta ibuku di rimba kata-katamu.

Apakah kata-kata mempunyai ibu?
Aku mencoba mengingat-ingat lagi apa kata ibu.
Aku sering lupa dulu ibu suka berkata apa.
Aku gemetar. Tubuhmu makin cerdas
dan berbahaya. Ibu kata, temanilah aku.


2003

Sumber: Kekasihku (2005)

Analisis Puisi:
Puisi "Malam Pertama" karya Joko Pinurbo menggambarkan pengalaman pribadi dan refleksi penutur puisi dalam konteks malam pertama tidur bersama dengan sebentuk buku. Puisi ini mengungkapkan perasaan yang campur aduk dan mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara kata-kata, pengalaman pribadi, dan ikatan keluarga.

Puisi ini dimulai dengan penutur puisi yang terkenang akan momen-momen manis bersama ibunya, di mana ibu dengan lembut dan jenaka mengajarnya mandi dan memakai celana. Ia merasakan sentuhan ajaib dari tangan-tangan cinta ibunya, namun tidak dapat mengucapkan terima kasih secara verbal, melainkan hanya bisa tersenyum dan tertawa.

Kemudian, penutur puisi menyampaikan pengalaman belajar bahasa dengan baik dan benar selama bertahun-tahun agar dapat mengungkapkan cinta monyet secara lugu dan malu-malu. Namun, seiring bertambahnya usia, ia memahami bagaimana menyatakan cinta tanpa harus mengatakannya secara langsung.

Puisi ini menggambarkan momen malam pertama tidur bersama sebentuk buku. Penutur puisi merasa gugup dan ingin meminta ibunya, yang telah meninggal dunia, untuk mengajarkannya cara membaca halaman-halaman tubuh buku tersebut dengan tekun dan sabar, seperti saat ibunya mengajarkan membaca kalimat-kalimat sederhana dahulu.

Dalam puisi ini, penutur puisi mencoba mencari hubungan antara kata-kata dan ibunya. Ia merenungkan apakah kata-kata memiliki ibu dan berusaha mengingat-ingat apa yang dikatakan ibunya. Penutur puisi merasakan gemetar karena tubuh buku semakin cerdas dan berbahaya. Ia merujuk pada pesan ibunya untuk selalu mendampinginya.

Secara keseluruhan, puisi "Malam Pertama" menggambarkan perasaan campur aduk dan pemikiran penutur puisi dalam menghadapi pengalaman malam pertama tidur bersama buku. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara kata-kata, pengalaman pribadi, dan ikatan keluarga. Joko Pinurbo berhasil menciptakan suasana yang puitis dan melankolis dalam puisi ini, memprovokasi refleksi tentang pentingnya hubungan dengan orang terdekat dan pengaruhnya dalam hidup kita.

"Puisi: Malam Pertama (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Malam Pertama
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.