Puisi: Malin Kundang (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Malin Kundang" karya Sapardi Djoko Damono mengangkat tema tentang identitas, pengorbanan, dan perasaan terasing.
Malin Kundang
(: GM)


Sejak semalam tak henti-hentinya aku batuk
padahal harus ke darat hari ini
untuk memenuhi kutuk itu.
Dari balik tabir katarak mataku
kusaksikan pinggir laut, sangat tenang –
kubayangkan orang-orang itu berdesak-desak
menungguku. Mereka berteriak-teriak,
“Jangan ke mari! Jangan ke mari!
Berangkatlah lagi, kau bukan milik kami!”

Di sela-sela batukku kubayangkan
Ibu tua itu berjalan betelekan tongkat
menjemputku. “Aku merindukanmu, Malin.”
Tapi aku toh harus dikutuknya. Sabda
dikirim dari Sana, sama sekali tanpa suara –
namun mungkin saja menghindar ketika aku
memutuskan untuk dengan ikhlas menerimanya.

Kubayangkan laut mendidih kalau nanti kapal
berlayar kembali, tapi seperti dari dunia lain
Ibu tua itu menyapaku,
“Aku menunggumu, Malin. Seperti kapalmu,
tanah ini milikmu, juga orang-orang ini,
juga panen yang gagal, juga hutan gundul,
juga kenangan yang takkan terhapus.
Mendaratlah, mereka tidak akan pernah
memahami bahasa kita.”

Batukku tak juga reda sejak semalam
dan mataku yang kabur membayangkan
begitu banyak orang dan seorang Ibu tua
menunggu kapal itu. “Aku, si Malin,
datang kembali bersama Sabda,” teriakku.

Ketika kujejakkan kaki di pinggir pantai itu
tak kutemui seorang pun. Sama sekali.
Juga bakau. Juga Ibu tua itu.
Hanya beberapa kaleng bekas minuman,
plastik pembungkus roti, koran-koran bekas,
dan sisa-sisa istana pasir yang dibangun anak-anak.
Juga jejak-jejak ban bis. Mungkin ini hari libur.
Mungkin mereka telah menungguku sejak pagi
sambil makan, minum, dan bernyanyi
lalu pulang menjelang senja hari.

Dari balik mataku yang kabur, di antara batuk
yang tak juga reda sejak pagi,
kusaksikan diriku terbungkuk-bungkuk
mencari bekas jejak tongkat Ibu tua itu di pasir
dalam cahaya senja. “Kau harus kembali ke laut,
cepat!” seru orang-orang kapal itu.
“Kita toh harus diterjang badai
agar bisa sepenuhnya terlibat
dalam bahasa itu.”


Sumber: Melipat Jarak (2015)

Analisis Puisi:
Puisi "Malin Kundang" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang penuh dengan simbolisme dan mendalam. Puisi ini mengangkat tema tentang identitas, pengorbanan, dan perasaan terasing.

Penyakit dan Kutukan: Puisi ini dibuka dengan penggambaran karakter yang tengah menderita penyakit batuk. Penyakit ini menjadi metafora dari kutukan yang melekat pada dirinya. Kutukan ini, meskipun tidak diungkapkan secara eksplisit, diyakini berasal dari Ibunya.

Tema Pengorbanan dan Penghormatan Terhadap Identitas: Meskipun dikutuk, karakter utama, yang diasosiasikan dengan legenda Malin Kundang, merasa perlu memenuhi kutukan tersebut. Dia merasa memiliki kewajiban untuk kembali ke darat dan menghormati Ibu tua yang menunggu. Ini menunjukkan pengorbanan dan komitmen terhadap identitasnya dan budaya serta akar-akarnya.

Konflik Identitas: Terdapat konflik dalam diri karakter utama. Di satu sisi, dia merasa terikat pada laut dan kapalnya, tetapi di sisi lain, dia merasa kewajibannya adalah kembali ke darat. Konflik ini mencerminkan konflik identitas yang sering dialami oleh individu yang berjuang dengan pertanyaan tentang asal-usul, akar budaya, dan identitas pribadi.

Kehampaan dan Perubahan Lingkungan: Ketika karakter utama tiba di darat, dia menemui kehampaan dan perubahan lingkungan. Orang-orang yang seharusnya menunggunya telah pergi, meninggalkan jejak-jejak sampah dan kehancuran. Ini mencerminkan perubahan yang tak terelakkan dalam budaya dan masyarakat, serta ketidakmampuan untuk sepenuhnya memahami orang-orang yang berjuang untuk menjaga identitas dan bahasa mereka.

Bahasa sebagai Wadah Identitas: Bahasa memiliki peran penting dalam puisi ini. Pada akhirnya, karakter utama menyadari pentingnya bahasa dalam mempertahankan identitas dan koneksi dengan budayanya. Bahasa menjadi simbol penting dari jati diri dan warisan budaya.

Secara keseluruhan, puisi "Malin Kundang" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang mendalam yang mengangkat tema identitas, pengorbanan, konflik batin, dan perubahan dalam masyarakat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti budaya, akar, dan bahasa dalam membentuk jati diri individu dan kelompok.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Malin Kundang
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.