Puisi: Pohon di Tepi Jalan (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Pohon di Tepi Jalan" menghadirkan gambaran tentang pohon dalam lingkungan perkotaan dan hubungannya dengan manusia.
Pohon di Tepi Jalan


Pohon, yang biasa disiram dua kali sehari
yang berdiri sejajar tiang listrik di tepi jalan itu,
tak bosan-bosannya menggoda mobil tua
yang merayap di aspal yang suka meleleh.

di bawah matahari; pohon, yang sudah lupa
asal-usulnya, suka menghirup asap knalpot
dan menyebutnya kekasih, sumber kehidupan kota;
kita tak pernah sempat memahami kelakar mereka.


Sumber: Ayat-Ayat Api (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Pohon di Tepi Jalan" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah pengamatan tentang pohon yang berdiri di tepi jalan, menjadi saksi bisu dari kehidupan perkotaan. Puisi ini menyoroti hubungan antara pohon dan manusia, serta mencerminkan keunikan dan kompleksitas pohon dalam lingkungan urban.

Personifikasi Pohon: Dalam puisi ini, pohon di personifikasikan sebagai makhluk yang memiliki karakteristik manusia. Pohon disebut "tak bosan-bosannya menggoda mobil tua" dan "menghirup asap knalpot dan menyebutnya kekasih." Personifikasi ini memberikan dimensi emosi dan manusiawi pada pohon, memberikan pembaca gambaran tentang bagaimana pohon menjadi bagian dari kehidupan perkotaan.

Kontras Alam dan Perkotaan: Puisi ini menciptakan kontras antara alam (pohon) dan lingkungan perkotaan (tepi jalan, mobil, aspal, knalpot). Pohon yang merupakan bagian alam menjadi elemen yang mencolok di tengah-tengah kesibukan perkotaan. Kontras ini menekankan keberadaan pohon sebagai elemen yang unik dan berbeda di tengah lingkungan urban yang serba sibuk dan hektik.

Penyaksian Bisu: Pohon di tepi jalan menjadi "saksi" dari segala aktivitas perkotaan. Meskipun tak bisa berbicara, pohon menjadi saksi bisu dari perjalanan mobil tua, asap knalpot, dan kehidupan kota yang terus berjalan. Hal ini mencerminkan bagaimana alam dan manusia saling berinteraksi dan berdampingan tanpa harus selalu berbicara.

Kompleksitas Pohon dan Manusia: Puisi ini menyiratkan bahwa pohon memiliki peran yang lebih dalam daripada sekadar objek tumbuh-tumbuhan. Pohon dianggap "sumber kehidupan kota" dan "kekasih," menunjukkan bahwa pohon memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan. Kontrasnya, manusia dalam kehidupan perkotaan seringkali terlalu sibuk untuk memahami hubungannya dengan alam.

Kritik Tersembunyi: Puisi ini juga dapat diartikan sebagai kritik halus terhadap manusia yang seringkali lupa akan keberadaan alam di tengah kesibukan perkotaan. Kita cenderung mengabaikan lingkungan di sekitar kita, termasuk pohon-pohon di tepi jalan yang menjadi bagian dari keindahan kota.

Puisi "Pohon di Tepi Jalan" menghadirkan gambaran tentang pohon dalam lingkungan perkotaan dan hubungannya dengan manusia. Melalui personifikasi dan kontras antara alam dan perkotaan, puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang kompleksitas hubungan antara manusia dan lingkungannya, serta mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam di tengah kesibukan modern.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Pohon di Tepi Jalan
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.