Puisi: Rumah Persinggahan (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Rumah Persinggahan" karya Joko Pinurbo menggambarkan rumah seorang teman yang unik dan mungkin terasa tidak biasa bagi banyak orang.
Rumah Persinggahan
(untuk SS)


“Aku sekarang bisa pulang ke rumah,” kata temanku
dengan wajah berbinar-binar.
Lalu ia tunjukkan rumahnya yang baru, rumah yang besar,
yang halamannya luas tak berpagar.

“Bukan pulang, tapi singgah,” aku berkilah,
“sebab hanya kalau larut malam kau berumah,
sedang sebagian besar waktumu, jadwal hidupmu
kauhabiskan di sekian banyak entah.”

“Iyalah,” ia mengalah, dan dengan takjub kukagumi
arsitektur rumahnya yang langka dan spesial,
tampak sederhana tapi menggoda.

“Bertahun-tahun aku menabung kemiskinan
untuk membangun rumah ini,” kata temanku.
“Bukan kemiskinan, tapi kematian,” aku menyanggah.
“Iyalah,” ia kembali mengalah.

Ketika itu Jakarta hampir punah.
Seluruh pelosok telah habis dijarah
petualang-petualang kampung dari berbagai daerah.
Di mana-mana orang bikin gedung, pabrik, hotel, toko,
salon, kesenian, pemerintahan, panti pijat, warung gaul
sehingga untuk mukim kau harus cari kapling
di kompleks perumahan bawah tanah.
Temanku beruntung bisa bikin rumah besar di sebidang tanah
bekas kuburan Cina yang konon banyak jinnya.

Kujelajahi rumah temanku yang ada kolam renang
dan kolam ikannya.
Dinding-dindingnya penuh lukisan dan topeng.
“Jin tidak berani gentayangan di sini,” sindir temanku,
“sebab jin takut topeng, apalagi topengnya
lebih ganteng dari kamu.”

Wah, rumah temanku banyak benar kamarnya.
Di bagian depan, misalnya, ada kamar khusus
untuk tamu-tamu miskin dari luar kota yang datang
untuk sekadar numpang mandi, tidur, dan, tentu saja, makan.
Persis di bagian tengah tersedia sel tahanan,
lengkap dengan terali dan cahaya remang-remangnya.
“Siapa tahu ada seniman kriminal
tiba-tiba mengamuk di sini,” jelasnya.

Nun di pojok belakang ada kamar gelap yang dijaga
sepasang jerangkong, dirancang untuk kuburan.
“Kau anak jadah, sebatang kara. Kalau suatu saat kau mati
di Jakarta, biar kukubur kau di sini,” temanku bercanda.
Aku merinding, dan ia tunjukkan nisan coklat
yang belum diberi nama.

Masih banyak ruangan lain yang entah untuk apa.
Ada, konon, ruangan dingin buat bercinta,
tapi aku tak tahu di sebelah mana.

Ah, kurang apa rumah temanku.
Sayang si empunya jarang pulang, eh singgah.
Kalaupun singgah, ia lebih suka mendekam dan menulis
di dalam sel dan tak seorang pun bisa mengusiknya.
“Bahkan topeng pun tidak berani menggangguku,” katanya.

Seperti puisi, mungkin juga cinta, rumah temanku
jauh dan tersembunyi.
Tidak mudah menemukan alamatnya.
Kalaupun sampai, kemudian kubuka pintunya,
bisa saja aku lantas tersesat dan terkurung
dalam keluasannya.
Tapi aku selalu ingin singgah ke sana.

Teman, aku datang naik andong. Kling klong kling klong.


1999

Analisis Puisi:
Puisi "Rumah Persinggahan" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya yang penuh dengan lapisan makna dan penggunaan bahasa yang kreatif. Puisi ini menggambarkan rumah seorang teman yang unik dan mungkin terasa tidak biasa bagi banyak orang.

Rumah Sebagai Metafora: Dalam puisi ini, rumah teman dijadikan sebagai metafora yang kuat. Ini bukan hanya sekadar deskripsi fisik rumah, tetapi juga menggambarkan sifat dan karakter teman tersebut. Teman dalam puisi ini mungkin digambarkan sebagai seseorang yang kompleks, misterius, dan sulit dipahami, sebagaimana rumahnya yang memiliki banyak ruangan dan fungsi yang tidak biasa.

Ketidaknyamanan dengan Pertanyaan: Puisi ini dimulai dengan narator (penutur puisi) yang tidak menyukai pertanyaan dan perbandingan tentang "apakah kebahagiaan itu?" Hal ini mencerminkan ketidaknyamanan orang dalam menjawab pertanyaan pribadi tentang kebahagiaan mereka, yang seringkali sulit untuk diungkapkan.

Konflik Kota yang Tumbuh: Puisi ini juga menyentuh tema pertumbuhan kota dan perubahan lingkungan sekitar. Sebagian besar ruang hijau telah digantikan oleh gedung dan bisnis, sehingga rumah teman yang luas menjadi sesuatu yang unik dan berharga.

Pencarian Identitas: Ada elemen identitas yang kuat dalam puisi ini. Teman dalam puisi mungkin mencari dan mendefinisikan dirinya sendiri, dan rumahnya mungkin menjadi ekspresi dari upayanya untuk melakukan hal itu.

Kompleksitas dan Lapisan Makna: Puisi ini penuh dengan lapisan makna dan kontradiksi. Ini mencerminkan realitas yang kompleks dan beragam dalam kehidupan dan hubungan manusia. Tema-tema seperti kematian, kesendirian, cinta, kekayaan, dan identitas muncul dalam puisi ini, menambahkan kedalaman dan kerumitan pada karya ini.

Gelap dan Terang: Puisi ini menggambarkan kontras antara gelap dan terang, baik secara fisik (ruang gelap di rumah) maupun secara emosional. Ini mencerminkan perasaan yang beragam dan kerumitan dalam hidup dan hubungan manusia.

Secara keseluruhan, "Rumah Persinggahan" adalah sebuah puisi yang menggambarkan kompleksitas kehidupan, hubungan, dan pencarian makna. Penggunaan bahasa yang kuat dan perbandingan yang kreatif membuat puisi ini menjadi karya yang mampu merangsang pemikiran dan emosi pembaca.


Puisi: Rumah Persinggahan
Puisi: Rumah Persinggahan
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.