Puisi: Sajak Balsem untuk Gus Mus (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Sajak Balsem untuk Gus Mus" karya Joko Pinurbo membawa pembaca dalam perenungan tentang makna kehidupan sederhana, kekacauan dunia modern, ...
Sajak Balsem untuk Gus Mus

Akhir-akhir ini banyak
orang gila baru berkeliaran, Gus.
Orang-orang yang hidupnya
terlalu kenceng dan serius.
Seperti bocah tua yang fakir cinta.

Saban hari giat sembahyang.
Habis sembahyang terus mencaci.
Habis mencaci sembahyang lagi.
Habis sembahyang ngajak kelahi.

Dikit-dikit marah dan ngambek.
Dikit-dikit senggol bacok.
Hati kagak ada rendahnya.
Kepala kagak ada ademnya.
Menang umuk, kalah ngamuk.

Apa maunya? Maunya apa?
Dikasih permen minta es krim.
Dikasih es krim minta es teler.
Dikasih es teler minta teler.

Kita sih hepi-hepi saja, Gus:
ngeteh dan ngebul di beranda
bersama Khong Guan isi rengginang,
menyimak burung-burung
bermain puisi di dahan-dahan,
menyaksikan matahari
koprol di ujung petang.

Bahagia adalah memasuki hatimu
yang lapang dan sederhana,
hati yang seluas cakrawala.

2016

Sumber: Buku Latihan Tidur (2017)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Balsem untuk Gus Mus" karya Joko Pinurbo adalah sebuah penghormatan yang unik kepada Gus Mus, seorang tokoh spiritual dan sastrawan Indonesia. Puisi ini menampilkan gaya bahasa yang khas dan sentuhan humor yang menyegarkan, sementara pada saat yang sama menggambarkan kontras antara kehidupan sederhana dan tenang dengan kekacauan dan ketegangan dunia modern.

Kritik terhadap Kehidupan Modern: Puisi ini dibuka dengan mengkritik kehidupan modern yang terlalu sibuk, tegang, dan terbebani. Penyair menyatakan bahwa banyak orang "gila baru" yang hidupnya terlalu kencang dan serius, yang menunjukkan bahwa mereka kehilangan keseimbangan dan kedamaian dalam hidup mereka.

Ironi dalam Spiritualitas: Puisi ini menggambarkan ironi dalam praktik keagamaan. Orang-orang yang rajin bersembahyang tetapi cenderung mencaci dan berkelahi setelahnya mencerminkan ketidakseimbangan antara praktik keagamaan dan perilaku sehari-hari yang penuh dengan amarah dan ketegangan.

Humor dan Kehidupan Sederhana: Meskipun dunia di sekitarnya mungkin kacau, pembicara puisi menemukan kebahagiaan dan ketenangan dalam momen-momen sederhana seperti minum teh dan merokok di beranda, menikmati rengginang, dan menonton alam dengan perasaan syukur.

Kesan Spiritual: Puisi ini menutup dengan gambaran hati yang lapang dan sederhana, yang dianggap sebagai tempat kebahagiaan sejati. Pesan ini mengingatkan kita akan pentingnya memiliki ketenangan batin dan kesederhanaan dalam menghadapi kehidupan yang kompleks dan penuh tekanan.

Dengan gaya bahasa yang santai dan humor yang khas, Joko Pinurbo membawa pembaca dalam perenungan tentang makna kehidupan sederhana, kekacauan dunia modern, dan pentingnya ketenangan batin. Puisi ini juga merupakan penghormatan kepada Gus Mus, tokoh spiritual yang dikenal karena ajarannya tentang kedamaian dan toleransi.

Puisi: Sajak Balsem untuk Gus Mus
Puisi: Sajak Balsem untuk Gus Mus
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.