Puisi: Sedekah (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Sedekah" karya Joko Pinurbo mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai kemanusiaan dan makna yang lebih dalam di balik tindakan sosial.
Sedekah


Ibu tua itu tewas sehabis berjuang keras mendapatkan
sedekah dari seorang juragan yang amat pemurah.
Ia terjatuh terinjak-injak sewaktu berdesak-desakan,
sesaat setelah diterima oleh uang dua puluh ribu rupiah.

"Hanya demi uang sialan itu ia harus setor nyawa,"
cetus seorang pelayat. "Jangan-jangan itu uang haram."
Uang berkata, "Maafkan saya, Bu. Saya tidak sengaja."

Toh ibu kita yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci
pakaian itu wajahnya bersih bercahaya seperti habis dicuci
dengan sabun terbaik yang terbuat dari serbuk airmata.
Sesal dan tangis hanya menambah kecantikannya.

"Sudahlah. Dengan dua puluh ribu rupiah ibu ini bisa beli
tiket kereta api ekspres. Beliau akan mudik dengan sukses,"
ujar seorang penyair yang oleh teman-temannya dipanggil
Plato karena nun di jidatnya terdapat sebuah tato.

Kereta hampir berangkat. Uang yang naas tampak ikhlas
dan pasrah dalam genggaman tangan almarhumah.
Uang yang tak seberapa ini kemudian disimpan baik-baik
oleh cucu ibu yang gigih itu dan kelak akan ia berikan
kepada entah siapa yang pantas menerimanya.


2003

Analisis Puisi:
Puisi "Sedekah" karya Joko Pinurbo adalah karya yang mengangkat tema seputar sedekah, nilai kemanusiaan, dan makna di balik tindakan sosial tersebut.

Pengorbanan Seorang Ibu Tua: Puisi ini membuka dengan menggambarkan seorang ibu tua yang tewas setelah berjuang keras untuk mendapatkan sedekah dari seorang juragan yang pemurah. Pengorbanan dan perjuangan ibu tua ini menyoroti tindakan ekstrem yang mungkin diambil seseorang yang sangat membutuhkan bantuan finansial. Ini juga menggambarkan betapa sulitnya hidup bagi beberapa individu di masyarakat.

Kritik Sosial: Puisi ini mengandung kritik sosial yang halus. Ketika seorang pelayat mencetuskan bahwa uang yang diberikan mungkin haram, hal ini mencerminkan bagaimana beberapa orang dalam masyarakat mungkin meragukan motif atau niat baik pemberi sedekah. Kritik ini menunjukkan skeptisisme terhadap ketulusan tindakan sosial.

Emosi dan Penampilan Fisik: Penyair menggambarkan wajah ibu tua ini sebagai "bersih bercahaya seperti habis dicuci dengan sabun terbaik yang terbuat dari serbuk airmata." Ini adalah penggambaran yang kuat yang menyoroti efek emosi yang mendalam yang dapat membentuk penampilan fisik seseorang. Bahkan dalam penderitaan, kecantikan hati seseorang bisa bersinar.

Makna yang Tersembunyi dalam Uang: Uang, yang sering dianggap sebagai benda tidak berperasaan, memiliki peran dalam puisi ini. Uang yang tampaknya "naas" dan "ikhlas" ini kemudian disimpan oleh cucu ibu tua tersebut. Hal ini menggambarkan bagaimana uang, yang pada awalnya hanya sebagai alat pertukaran, dapat memiliki makna yang lebih dalam sebagai peninggalan atau amanah yang akan diwariskan.

Harapan dan Masa Depan: Ada harapan dalam puisi ini, terutama ketika seorang penyair yang disebut sebagai Plato mengatakan bahwa dengan dua puluh ribu rupiah tersebut, ibu tua tersebut bisa mudik dengan sukses. Ini mencerminkan harapan untuk masa depan yang lebih baik dan kemungkinan bahwa tindakan baik dapat membawa perubahan positif dalam hidup seseorang.

Puisi "Sedekah" karya Joko Pinurbo adalah pengamatan tajam tentang tindakan sedekah, pengorbanan, kritik sosial, dan makna yang tersembunyi dalam tindakan sederhana namun bermakna tersebut. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai kemanusiaan dan makna yang lebih dalam di balik tindakan sosial.

Puisi: Sedekah
Puisi: Sedekah
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.