Puisi: Legasi (Karya Taufiq Ismail)

Puisi: Legasi Karya: Taufiq Ismail
Legasi


“Kalau dia hidup, seratus delapan puluh umurnya tahun ini,” ujarmu terpesona sepanjang hiruk-pikuk repetisi. Dan di tanganmu berkibar secarik panji-panji. Dikenal sangat lama warna bandana, slogan dan teriakan. Karena di titik absis-ordinat 0 ini kau memerlukan sebuah peran. Di bawah dan di atas tanah gerakan bersama kawan-kawan.

Kalau dia hidup, umurnya tahun ini seratus delapan puluh. Dan yang kau baca itu naskahnya ditulis berdua ketika masih tiga puluh. Sahibnya, dua tahun lebih muda, menafkahinya penuh. Bergelora, egaliter, masuk akal, populis dan romantis. Strategi selalu tersembunyi, front kebangsaan dan aliansi taktis. Berikut selimut penyamaran dan penyangkalan lapis berlapis.

Lapis terluar dengan lapis berikut mana saling bersentuhan. Molekul sel beratus bertautan dalam histologi anyaman. Inilah fisiologi subversi dalam sejarah tak ada tandingan. Di kawasan Ji-En-Pi tinggi dan keadilan benar ditegakkan. Ideologi ini gulung karpet dan jadi bahan tertawaan. Tapi di negeri represi dan di kuduk mendingin laras senapan. Tempat orang sangat lapar dan sangat kenyang tak bersentuhan. Tumpak bumi subur adegan pertentangan dan kebencian. Sejarah mengulang siklusnya tanpa sekelingking rasa keraguan.

Kalau dia hidup, umurnya tahun ini seratus delapan puluh. Dia heran sendiri di jagat ini idenya Serba Materi begitu berpengaruh. Struktur boleh runtuh, tembok Berlin sepanjang itu bisa rubuh. Tapi ideologi tak mati, tanpa tubuh kaki ke mana terus berlari. Bila pengalaman dibagi teori tak pernah cocok diimplementasi. Kau tetap tak mau menyeka itu garis bekas ingus, kanan dan kiri.


1998

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998)


Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Legasi
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.