Puisi: Potret di Beranda (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Potret di Beranda" karya Taufiq Ismail menggambarkan potret kehidupan sehari-hari, warisan budaya, dan perjuangan keluarga dalam konteks .....
Potret di Beranda


Di beranda rumah nenekku, di desa Baruh
Potretku telah tergantung 26 tahun lamanya
Bersama gambar-gambar sulaman ibuku
Dibuatnya tatkala masih perawan

Di dapur rumah nenekku, nenekku renta
Tergolek drum tua pemasak kerupuk kulit
Di atasnya sepasang tanduk hitam berdebu
Kerbau bajak kesayangan kakekku

Kerupuk kulit telah mengirim ibuku
Sekolah ke kota, jadi guru
Padi, lobak dan kentang ditanam kakekku
Yang disulap subur dalam hidayat
Dijunjung dan dipikul ke pasar
Dalam dingin dataran tinggi
Karena ibuku yang mau jadi guru

Dan ibuku bertemu ayahku
Yang dikirim nenekku ke surau menyabit ilmu
Dengan ikan kolam, bawang dan wortel
Di ujung cangkul kakekku kukuh
Yang kembang dan berisi dalam rahmat
Terbungkuk-bungkuk dijunjung di hari pekan
Karena ayahku mau jadi guru

Maka lahirlah kami berenam
Dalam rahman
Dalam kesayangan
Dalam kesukaran

Di beranda rumah nenekku, di desa Baruh
Potretku telah tergantung 26 tahun lamanya
Bersama gambar-gambar buatan ibuku
Disulamnya tatkala masih perawan.


1963

Sumber: Tirani dan Benteng (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Potret di Beranda" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan potret kehidupan sehari-hari, warisan budaya, dan perjuangan keluarga dalam konteks sebuah rumah di desa. Melalui gambaran-gambar rumah dan potret keluarga, penyair mengekspresikan nilai-nilai kebersamaan, ketekunan, dan dedikasi dalam meraih pendidikan serta mencapai cita-cita.

Penggambaran Rumah dan Keluarga: Puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana rumah nenek di desa Baruh. Gambaran tentang potret-potret keluarga yang tergantung di beranda dan gambar-gambar sulaman ibu di dalam rumah menciptakan suasana nostalgia dan kehangatan rumah tangga. Gambaran tentang dapur, drum pemasak, serta pemandangan kerbau dan tanduk hitam juga menambah realisme gambaran rumah dan lingkungan.

Perjuangan dalam Pendidikan: Puisi ini menyoroti perjuangan keluarga dalam meraih pendidikan dan meningkatkan taraf hidup. Penyair menggambarkan bagaimana ibu dan ayahnya telah bekerja keras untuk menyekolahkan diri dan mencapai cita-cita. Pengorbanan ini tercermin melalui kerja keras ibu yang menjadi guru dan ayah yang menyumbangkan ikan, sayur, dan hasil pertanian untuk keluarga.

Kesan Warisan Budaya: Puisi ini membawa pembaca merenungi nilai-nilai budaya dan tradisi yang dilestarikan melalui generasi. Potret-potret yang tergantung di beranda dan gambar-gambar buatan ibu yang disulam ketika masih perawan menjadi warisan yang mengingatkan tentang sejarah dan jejak-jejak perjuangan keluarga.

Bahasa dan Irama: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana namun kaya makna, dengan penggunaan kata-kata seperti "pemasak kerupuk kulit," "tanduk hitam berdebu," dan "disulamnya tatkala masih perawan." Irama puisi ini seperti alunan sebuah kenangan, menghadirkan suasana yang tenang dan memungkinkan pembaca terhubung dengan potret kehidupan yang digambarkan.

Makna Mendalam: Puisi ini menggambarkan kekuatan ikatan keluarga, perjuangan pendidikan, dan warisan budaya. Pesan tentang nilai-nilai seperti kerja keras, pengorbanan, dan kesetiaan terhadap akar budaya melintasi generasi menjadi inti puisi ini. Melalui gambaran yang kaya dan mendalam, penyair mengajak pembaca merenungkan pentingnya mengenang dan menghargai perjuangan para leluhur.

Puisi "Potret di Beranda" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kehidupan keluarga dalam konteks budaya dan perjuangan pendidikan. Melalui penggambaran rumah, potret, dan aktivitas keluarga, penyair berhasil menyampaikan pesan tentang pengorbanan, warisan budaya, dan perjuangan demi masa depan yang lebih baik.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Potret di Beranda
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.