Puisi: Nyanyian Kebangkitan (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Nyanyian Kebangkitan" idak hanya menggugah semangat, tetapi juga menyoroti esensi dari kemerdekaan dalam konteks pahit-manisnya kehidupan ....
Nyanyian Kebangkitan

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Akankah kau biarkan aku duduk berduka
Memandang saudaraku, bunda pertiwiku
Dipasung orang asing itu?
Mulutnya yang kelu
Tak mampu lagi menyebut namamu

Berabad-abad aku terlelap
Bagai laut kehilangan ombak
Atau burung-burung yang semula
Bebas di hutannya
Digiring ke sangkar-sangkar
Yang terkunci pintu-pintunya
Tak lagi bebas mengucapkan kicaunya

Berikan suaramu, kemerdekaan
Darah dan degup jantungmu
Hanya kau yang kupilih
Di antara pahit-manisnya isi dunia

Orang asing itu berabad-abad
Memujamu di negerinya
Sementara di negeriku
Ia berikan belenggu-belenggu
Maka bangkitlah Sutomo
Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo
Bangkitlah Ki Hajar Dewantoro
Bangkitlah semua dada yang terluka
“Bergenggam tanganlah dengan saudaramu
Eratkan genggaman itu atas namaku
Kekuatanku akan memancar dari genggaman itu.”

Suaramu sayup di udara
Membangunkanku
Dari mimpi siang yang celaka

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Berikan degup jantungmu
Otot-otot dan derap langkahmu
Biar kuterjang pintu-pintu terkunci itu
Atau mendobraknya atas namamu
Terlalu pengap udara yang tak bertiup
Dari rahimmu, kemerdekaan
Jantungku hampir tumpas
Karena racunnya

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia!
(Matahari yang kita tunggu
Akankah bersinar juga
Di langit kita?)

Mei, 1985

Sumber: Boemipoetra (Juli-Agustus, 2008)

Catatan:
Puisi ini kadang beredar dengan judul Nyanyian Kemerdekaan.

Analisis Puisi:

Puisi "Nyanyian Kebangkitan" adalah sebuah karya yang membangkitkan semangat dan menyoroti perjuangan untuk kemerdekaan.

Simbolisme Kemerdekaan: Puisi ini mengangkat tema kemerdekaan sebagai simbol pilihan utama di antara segala aspek kehidupan. Kemerdekaan di sini bukan hanya tentang kemerdekaan politik, tetapi juga kemerdekaan batiniah dan spiritual.

Pilihan yang Berat: Penyair menunjukkan bahwa pilihan untuk kemerdekaan tidaklah mudah. Pahit-manisnya isi dunia menuntut pengorbanan, ketegasan, dan keberanian untuk menghadapinya.

Kritik terhadap Penindasan: Puisi mengkritik penindasan yang dilakukan oleh orang asing, yang memuja kebebasan di negerinya sendiri sementara membelenggu kebebasan di negeri penyair. Ini menyoroti paradoks penindasan yang terjadi di bawah tirani.

Panggilan Kebangkitan: Melalui panggilan untuk para pahlawan sejarah seperti Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, dan Ki Hajar Dewantoro, puisi ini mengajak untuk bangkit dan berjuang melawan penindasan. Mereka dianggap sebagai simbol perlawanan dan inspirasi bagi kebangkitan.

Pengorbanan untuk Kemerdekaan: Puisi ini menekankan pentingnya pengorbanan dan kekuatan kolektif dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Para pahlawan dan semua dada yang terluka diminta untuk bergandengan tangan dalam perjuangan yang sesungguhnya.

Pembebasan dari Penindasan: Penyair mengekspresikan harapannya untuk dibebaskan dari belenggu dan penindasan melalui kemerdekaan. Suara dan gerakan kemerdekaan diharapkan bisa mematahkan segala bentuk penindasan.

Harapan akan Kebangkitan: Puisi ini mengisyaratkan harapan akan kebangkitan dan kecerahan, seperti matahari yang ditunggu-tunggu untuk bersinar di langit. Ini adalah harapan akan masa depan yang lebih baik dan kemenangan atas segala kesulitan.

Keputusan untuk Kemerdekaan: Puisi ini menegaskan kembali bahwa kemerdekaan adalah pilihan utama di tengah segala tantangan. Meskipun pengorbanan dan perjuangan yang diperlukan sangat besar, kebebasan adalah tujuan yang patut diperjuangkan.

Dengan demikian, "Nyanyian Kebangkitan" tidak hanya menggugah semangat, tetapi juga menyoroti esensi dari kemerdekaan dalam konteks pahit-manisnya kehidupan manusia.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Nyanyian Kebangkitan
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.