Analisis Puisi:
Puisi "Sel" karya Beni Setia menghadirkan gambaran yang gelap dan introspektif tentang kondisi manusia yang terjebak dalam kesendirian dan kekosongan. Puisi ini menciptakan suasana gelap yang melibatkan kekosongan batin seseorang yang merasa terisolasi dan kehilangan, dengan nuansa metafora yang kuat.
Metafora Kekosongan dan Kesendirian: Puisi ini menampilkan kesendirian dan kekosongan melalui gambaran-gambar gelap, seperti "nyala korek api yang mengoyak kelam" yang merujuk pada momen sebelum kegelapan total. Ini menciptakan kesan bahwa kehidupan sedang menuju ke arah yang gelap, tanpa harapan yang jelas.
Gambaran Alam dan Kegelapan: Penyair menggunakan elemen alam, seperti angin, bulan, matahari, dan suara-suara lingkungan, untuk membangun atmosfer puisi. Dalam hal ini, angin, bulan, dan suara-suara alam mewakili hubungan manusia dengan alam sekitarnya, sementara kegelapan mengisyaratkan terisolasi dan terasingnya individu.
Kegelisahan dan Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini juga mencerminkan kegelisahan dan pertanyaan eksistensial melalui deretan pertanyaan pada bagian terakhir. Pertanyaan-pertanyaan ini menyiratkan kebingungan dan ketidakpastian terhadap waktu dan keadaan. Hal ini mungkin merepresentasikan kebingungan seseorang dalam melihat perubahan zaman yang tidak bisa mereka pahami atau terima.
Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini tidak memberikan penyelesaian atau kesimpulan yang jelas. Seolah menyajikan gambaran tentang kehidupan yang penuh dengan kegelapan dan ketidakpastian, dan menyerahkan interpretasi kepada pembaca.
Puisi "Sel" karya Beni Setia menghadirkan gambaran kekosongan, kegelapan, dan kesendirian yang mewakili kebingungan eksistensial manusia dalam menjalani kehidupan. Dengan metafora kuat dan pertanyaan-pertanyaan eksistensial, puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan arti dari keadaan kehidupan yang kadang kala penuh dengan kegelapan dan ketidakpastian.
Biodata Beni Setia:
- Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.