Puisi: Nyanyian Pengantin (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Nyanyian Pengantin" karya W.S. Rendra mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan, keberanian, dan keteguhan hati dalam menghadapi ...
Nyanyian Pengantin

-
Kami adalah pagi hari
Kami adalah cahaya yang pertama
Bumi keras. Batu keras.
Berantuk dengan mimpi.

+
Manisku, manisku!
Sepasang pengantinku!

-
Tidak semua orang punya rumah.
Tidak semua hari punya nasi.
Di atas bumi asing kami berkemah.
Kami kepal tangan. Kami unjuk gigi.

+
Manisku, manisku!
Sepasang pengantinku!

-
Benih telah ditabur. Tidak semua menjadi.
Tanah telah dicangkul. Dan rumput disiangi.
Malam berbulan. Siang bermentari.
Kemarau dan hujan datang berganti.
Dengan khidmat kami mencium wajah bumi.
Ialah kerajaan dan kuburan kami.
Dengan khidmat
kami mencium hidup dan mati kami.

+
Manisku, manisku!
Sepasang pengantinku!

-
Kehidupan emas dan kematian emas
adalah mahkota bagi pengantin.
Mahkota emas logam bercaya
ditempa di landasan, diuji di dalam api

+
Manisku, manisku!
Sepasang pengantinku!

Sumber: Empat Kumpulan Sajak (1961)

Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Pengantin" karya W.S. Rendra adalah sebuah penggambaran yang kuat tentang kehidupan manusia, perjuangan, dan kekuatan cinta di tengah tantangan dan ketidakpastian. Melalui metafora pernikahan, Rendra menggambarkan perjalanan hidup manusia dan hubungannya dengan alam.

Simbolisme Pagi dan Cahaya Pertama: Puisi dimulai dengan pernyataan bahwa mereka adalah "pagi hari" dan "cahaya yang pertama", menggambarkan awal dari segala sesuatu, harapan baru, dan kecerahan di dunia yang keras dan penuh tantangan.

Realitas Kehidupan yang Keras: Puisi menyajikan realitas yang keras dan penuh dengan ketidakpastian. Mereka tidak memiliki rumah dan tidak selalu memiliki makanan. Mereka hidup di bumi yang asing, tetapi mereka tetap tegar dan menunjukkan gigi di hadapan tantangan.

Perubahan Alam dan Kehidupan: Puisi menggambarkan siklus alam dan kehidupan, dengan pergantian musim, kemarau, dan hujan. Mereka mencium wajah bumi dengan khidmat, menerima kehidupan dan kematian sebagai bagian tak terpisahkan dari eksistensi mereka.

Simbolisme Mahkota Emas: Mahkota emas menjadi simbol kehormatan dan kekuatan yang diperoleh melalui perjuangan dan pengalaman hidup. Ditempa di landasan dan diuji dalam api, mahkota itu merepresentasikan kebijaksanaan dan keteguhan hati yang diperoleh melalui perjalanan hidup.

Refrain "Manisku, Manisku!": Refrain ini menekankan ikatan cinta yang kuat antara pengantin, menciptakan nuansa keintiman dan kebersamaan yang mendalam di tengah-tengah perjuangan hidup.

Melalui puisi "Nyanyian Pengantin", Rendra menghadirkan gambaran universal tentang kehidupan manusia, perjuangan, dan kekuatan cinta yang dapat mengatasi segala rintangan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan, keberanian, dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan yang ada.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Nyanyian Pengantin
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.