Puisi: Sajak Tangan (Karya: W.S. Rendra)

Puisi "Sajak Tangan" menyoroti perjuangan mahasiswa dalam merespons ketidakadilan sosial dan politik. Melalui simbolisme tangan, ...
Sajak Tangan


Inilah tangan seorang mahasiswa,
tingkat sarjana muda.
Tanganku. Astaga.

Tanganku menggapai,
yang terpegang onderok hostes berumbai,
Aku bego. Tanganku lunglai.

Tanganku mengetuk pintu,
tak ada jawaban.
Aku tendang pintu,
pintu terbuka.
Di balik pintu ada pintu.
Dan selalu.
ada tulisan jam bicara
yang singkat batasnya.

Aku masukkan tangan-tanganku ke celana,
dan aku keluar mengembara.
Aku ditelan Indonesia Raya.

Tangan di dalam kehidupan
muncul di depanku.
Tanganku aku sodorkan.
Nampak asing di antara tangan beribu.
Aku bimbang akan masa depanku.

Tangan petani yang berlumpur,
tangan nelayan yang bergaram,
aku jabat dalam tanganku.
Tangan mereka penuh pergulatan.
Tangan-tangan yang menghasilkan.
Tanganku yang gamang
tidak memecahkan persoalan.
Tangan cukong,
tangan pejabat,
gemuk, luwes, dan sangat kuat.
Tanganku yang gamang dicurigai,
disikat.

Tanganku mengepal.
Ketika terbuka menjadi cakar.
Aku meraih ke arah delapan penjuru.
Di setiap meja kantor
bercokol tentara atau orang tua.
Di desa-desa
para petani hanya buruh tuan tanah.
Di pantai-pantai
para nelayan tidak punya kapal.
Perdagangan berjalan tanpa swadaya.
Politik hanya mengabdi pada cuaca ...
Tanganku mengepal.
Tetapi tembok batu di depanku.
Hidupku tanpa masa depan.

Kini aku kantongi tanganku.
Aku berjalan mengembara
Aku akan menulis kata-kata kotor.
di meja rektor.


TIM, 3 Juli 1977

Sumber: Potret Pembangunan dalam Puisi (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Tangan" karya W.S. Rendra adalah karya yang sarat dengan makna, menciptakan gambaran yang kuat tentang perjalanan seorang mahasiswa yang berhadapan dengan realitas kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Dengan bahasa yang tajam dan penuh provokasi, Rendra menggambarkan ketidakpastian, konflik, dan perjuangan identitas mahasiswa dalam masyarakat yang kompleks.

Simbolisme Tangan: Penggunaan simbolisme tangan menjadi inti dari puisi ini. Tangan mahasiswa merepresentasikan tindakan, perjuangan, dan identitas. Pada awal puisi, tangan mahasiswa yang mencoba menggapai segala hal mencerminkan semangat eksplorasi dan rasa ingin tahu. Namun, seiring berjalannya waktu, tangan tersebut menemui rintangan dan hambatan dalam bentuk perbedaan kelas sosial, politik, dan ekonomi.

Konflik Identitas Mahasiswa: Dengan menggambarkan tangannya yang begitu berbeda di tengah-tengah tangan beribu, penyair merenungkan konflik identitas mahasiswa. Pergulatan antara keinginan untuk bersatu dengan rakyat jelata dan ketidakmampuan untuk sepenuhnya meresapi dan memahami kondisi hidup mereka menciptakan ketidakpastian dan kebingungan di hati mahasiswa.

Kontras Realitas Kehidupan: Penyair menggunakan kontras yang tajam dalam menyajikan realitas kehidupan di Indonesia. Ia menciptakan gambaran tangan petani yang berlumpur dan nelayan yang bergaram sebagai simbol perjuangan nyata, sementara tangan-tangan pemilik modal dan pejabat dianggap sebagai penghambat bagi mahasiswa untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang realitas sosial.

Perlawanan Terhadap Kekuasaan dan Ketidakadilan: Dalam bait ketujuh puisi, terjadi perubahan suasana. Tangan yang semula mencoba menggapai segala hal, kini mengepal sebagai ekspresi kemarahan dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Meskipun mahasiswa meraih ke arah delapan penjuru, simbolisasi bahwa perlawanan melibatkan banyak elemen masyarakat, namun masih terdapat tembok batu yang menghadang, menunjukkan bahwa jalan masih terhambat dan sulit untuk mencapai perubahan.

Kritik Terhadap Politik dan Ekonomi: Rendra menjalankan kritik tajam terhadap politik dan ekonomi di Indonesia. Ia menyoroti tentara dan orang tua yang duduk di meja kantor, mencerminkan oligarki kekuasaan. Gambaran petani dan nelayan yang hanya menjadi buruh tanah dan tanpa kapal menggambarkan ketidakadilan dalam pemerataan sumber daya.

Peran Mahasiswa sebagai Penulis Kata-Kata Kotor: Dengan menggambarkan mahasiswa sebagai orang yang akan "menulis kata-kata kotor di meja rektor," penyair menegaskan peran mahasiswa sebagai agen perubahan dan pembawa pesan ketidakpuasan terhadap kebijakan yang ada.

Puisi "Sajak Tangan" merupakan puisi yang menggugah kesadaran dan menyoroti perjuangan mahasiswa dalam merespons ketidakadilan sosial dan politik. Melalui simbolisme tangan, Rendra berhasil menciptakan narasi yang kompleks tentang identitas, konflik, dan perlawanan di tengah-tengah masyarakat. Puisi ini tetap relevan dalam mengeksplorasi peran dan tantangan mahasiswa di berbagai konteks sosial dan politik.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Sajak Tangan
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.