Balada Sang Perkasa
Bumi langit lembah dan bukit
sepanjang musim terus bersaksi
kehadiranmu sang perkasa
cahaya hidup mahkota jiwa
anak negeri simpan setia
meski sejarah penuh prahara
masih kuingat warna yang susah
siang dan malam menabur gundah
Juni mekar udara menggeletar
Kudengar suaramu dari arah Blitar
Anggun dan mawar.
Bapa, Bapa segala Bapa
kasihnya membalut segala luka
di sini aku terus berdoa.
Mengiring perjalanan kota tua
kudengar langkahmu menandai windu
menghitung angka-angka perjuangan
yang telah banyak bersimpangan
pilar-pilar pernah ditegakkan
masih berdiri bersaksi
sementara pilar lain tak sisakan
selahan buat prasasti
anak-anak pun kini perkasa
selalu menanyakanmu di mana Bapa
jawabku engkau tengah rampungkan tapa.
Bogor, 1996
Puisi: Balada Sang Perkasa
Karya: Diah Hadaning